STT Jakarta Mulai Buka Jalan Bangun Kelas Internasional
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta bermimpi membangun kelas internasional. Demikian disampaikan mantan Ketua STT Jakarta, Joas Adiprasetya, dalam kata sambutannya saat memberi sambutan dalam Serah Terima Jabatan Pengurus STT Jakarta yang merupakan rangkaian acara Dies Natalis ke-81 Sekolah Tinggi Teologi Jakarta yang mengangkat tema 'Beriman di Tengah Tantangan Zaman', di Kampus STT Jakarta, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, hari Sabtu (26/9).
Saat hal tersebut dikonfirmasi pada Ketua STT Jakarta yang baru dilantik untuk masa bakti 2015-2019, Yusak Soleiman, mengatakan mimpi itu tengah diusahakan untuk menjadi kenyataan. Menurut dia, STT Jakarta sudah mulai membangun komunikasi dengan berbagai kalangan, seperti Association for Theological Education in South East Asia (ATESEA).
“Kami sudah mulai bicara dengan teman-teman di Sabah, Malaysia. Dalam kerangka ATESEA atau perhimpunan sekolah teologi di Asia Tenggara juga kami sudah mulai melakukan percakapan. Jadi apa yang disampaikan Pak Joas sudah nyata. Tidak jauh mimpinya,” kata Yusak kepada satuharapan.com, usai acara Serah Terima Jabatan Pengurus STT Jakarta, yang merupakan rangkaian acara Dies Natalis ke-81 Sekolah Tinggi Teologi Jakarta yang mengangkat tema "Beriman di Tengah Tantangan Zaman", di Kampus STT Jakarta, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, hari Sabtu (26/9).
Dia menjelaskan, STT Jakarta juga sudah masuk dalam jaringan kerja sama perguruan tinggi teologi di Benua Eropa dan Amerika. Untuk di Benua Eropa, STT Jakarta Jakarta menjalin konsorsium bersama dalam kerangka ATESEA. Sementara di Amerika, STT Jakarta telah mengirimkan salah satu tenaga pengajarnya untuk menempuh pendidikan di Harvard University.
“Jadi ke depan kami akan usaha untuk menempuh langkah memformalkan, sambil memperhitungkan perundang-undangan pendidikan yang berlaku di Indonesia. Perlahan kami bisa membangun kelas internasional, tinggal nmewujudkannya,” kata Yusak.
Menurut dia, mekanisme pengajaran kelas internasional di STT Jakarta yang saat ini masih perlu dipertimbangkan. Misalnya, terkait dengan bahasa yang akan digunakan. “Pertanyaan selanjutnya nanti akan double degree atau satu gelar saja? Kemudian bahasanya bagaimana, apakah mewajibkan pakai bahasa Indonesia atau bahasa Inggris?,” tutur Yusak.
Namun dia menyampaikan, bila STT Jakarta ingin serius membangun kelas internasional, maka harus mewajibkan penggunaan bahasa Inggris untuk program pascasarjana dan doktor.
Selain itu, menurut dia, ketika sudah membuka kelas internasional nanti, STT Jakarta juga akan melakukan riset bersama, mulai dari hal yang berkaitan dengan teologi sampai ilmu hukum. “Internaisonalisasi juga berarti akan lakukan riset bersama, dari teologi sampai displin lainnya, jadi tidak hanya seminari dan sekolah teologi saja yang akan diajak kerja sama, tapi kita perlu tahu apa dampak antropologi, ilmu sosial, bahkan ilmu hukum, dalam kaitannya dengan persoalan gereja,” tutur Yusak.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...