Studi: COVID-19 Dapat Menginfeksi Lebih Lanjut pada Usus Pasien
SATUHARAPAN.COM-Pasien COVID-19 mengalami infeksi virus usus aktif dan berkepanjangan, bahkan tanpa gejala gastrointestinal, menurut penemuan para ilmuwan.
Virus corona dapat terus menginfeksi dan bereplikasi di saluran pencernaan setelah dibersihkan di saluran pernafasan, kata para peneliti di Universitas CHina Hong Kong dalam sebuah pernyataan, hari Senin (7/9). Penemuan tersebut, yang diterbitkan dalam jurnal medis GUT, memiliki implikasi dalammengidentifikasi dan menangani kasus, kata mereka.
SARS-CoV-2 (COVID-19) menyebar terutama melalui tetesan pernapasan, percikan cairan yang mengandung virus dari mulut dan hidung, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Namun, sejak pekan pertama pandemi, para ilmuwan mengatakan virus menular dalam tinja pasien juga dapat berperan dalam penularan.
Sebuah studi pada bulan Februari terhadap 73 pasien yang dirawat di rumah sakit dengan virus corona di Provinsi Guangdong, China, ditemukan lebih dari setengah dinyatakan positif virus pada tinja mereka.
“Kami dulu menganggap SARS-CoV-2 hanya sebagai penyakit paru atau pernapasan,” kata Siew Chien Ng, asisten dekan kedokteran dan direktur asosiasi Pusat Universitas untuk Penelitian Mikrobiota Usus, dalam sebuah wawancara hari Selasa (8/9). “Namun selama beberapa bulan terakhir, banyak bukti telah muncul bahwa SARS-CoV-2 juga memengaruhi saluran usus.”
Ng dan rekan ilmuwan mempelajari sampel feses dari 15 pasien untuk lebih memahami aktivitas virus di saluran gastrointestinal. Mereka menemukan infeksi usus aktif pada tujuh pasien, beberapa di antara mereka tidak mengalami mual, diare, atau gejala pencernaan lainnya. Tinja pasien terus dites positif sekitar sepekan setelah sampel pernapasan mereka negatif, kata Ng. Satu pasien masih positif setelah 30 hari, katanya.
Ng dan rekannya berencana untuk melakukan tes lebih lanjut untuk menunjukkan partikel virus dari tinja mampu menyebabkan penyakit setelah menemukan penanda pengganti yang mengindikasikan bahwa mereka menular.
Tes Yang Efektif
Belum diketahui bagaimana SARS-CoV-2 masuk ke saluran pencernaan untuk menyebabkan infeksi di sana, menurut Ng. Ada kemungkinan beberapa partikel infeksius bertahan dari lingkungan asam lambung.
Perawatan yang memodulasi mikrobioma usus harus dieksplorasi, kata Ng. Bakteri usus pasien dengan infeksi virus corona gastrointestinal menunjukkan hilangnya mikroba pelindung dan perkembangbiakan mikroba penyebab penyakit. Efeknya memburuk pada kasus COVID-19 yang diobati dengan antibiotik, katanya.
Universitas China telah menawarkan tes pemeriksaan feses gratis kepada para pelancong yang tiba di bandar udara sejak akhir Maret, dan mengidentifikasi enam anak yang terinfeksi di antara lebih dari 2.000 sampel yang diuji. Mulai hari Senin, hingga 2.000 tes COVID-19 akan dilakukan setiap hari sebagai bagian dari deteksi target orang tanpa gejala.
Lebih dari satu pasien dinyatakan positif meskipun sampel pernapasan mereka negatif, kata Francis KL Chan, dekan kedokteran universitas dan direktur Pusat Penelitian Mikrobiota Usus.
“Tes feses akurat dan aman, membuatnya cocok dan lebih efektif untuk skrining COVID-19 pada kelompok orang tertentu,” kata Chan dalam pernyataan itu. Beberapa regulator termasuk Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat telah menghubungi tentang tes tinja itu. (Bloomberg)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...