Studi: Jika Terinfeksi COVID-19, 1,7 Miliar Orang Berisiko Miliki Gejala Parah
SATUHARAPAN.COM-Sekitar 1,7 miliar orang, atau 22 persen dari populasi dunia, memiliki syarat kesehatan mendasar yang meningkatkan risiko gejala virus corona parah, jika mereka terinfeksi, menurut sebuah studi baru.
Penulis penelitian menambahkan bahwa meskipun penelitian ini dapat membantu pemerintah memutuskan siapa yang harus diprioritaskan untuk perlindungan, tidak semua orang ini akan selalu mengalami gejala yang parah.
Sebaliknya, para peneliti memperkirakan bahwa sekitar empat persen dari populasi dunia, atau 349 juta orang, akan memerlukan rawat inap jika mereka terinfeksi virus corona.
“Kami berharap estimasi kami akan memberikan titik awal yang berguna untuk merancang langkah-langkah melindungi mereka yang berisiko tinggi terhadap penyakit parah. Ini mungkin melibatkan upaya menasihati orang-orang dengan kondisi mendasar untuk mengadopsi langkah-langkah jarak sosial yang sesuai dengan tingkat risiko mereka, atau memprioritaskan mereka untuk vaksinasi di masa depan," kata Dr. Andrew Clark, Associate Professor di London School of Hygiene & Tropical Medicine (LSHTM), dalam pernyataan di situs LSHTM.
Adanya Penyakit Sebelumnya
Otoritas kesehatan publik dan global telah mengidentifikasi beberapa syarat mendasar yang dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap gejala COVID-19 yang parah. Ini termasuk penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis dan penyakit ginjal kronis.
Studi ini, yang diterbitkan dalam jurnal peer-review “The Lancet Global Health”, menggunakan data dari studi global lain dan perkiraan populasi PBB untuk merumuskan analisisnya.
Populasi yang lebih muda umumnya memiliki syarat kesehatan yang lebih sedikit, sementara populasi yang lebih tua memiliki syarat yang lebih mendasar. Di Afrika, misalnya, hanya 16 persen dari populasi yang ditemukan memiliki satu atau lebih syarat kesehatan, dibandingkan dengan 31 persen di Eropa.
Clark memperingatkan bahwa penelitian ini tidak berarti bahwa hasil kesehatan secara universal lebih baik pada populasi yang lebih muda. "Bagian populasi dengan peningkatan risiko COVID-19 parah umumnya lebih rendah di Afrika daripada di tempat lain, karena populasi negara yang jauh lebih muda, tetapi proporsi yang jauh lebih tinggi dari kasus parah bisa berakibat fatal di Afrika daripada di tempat lain," katanya.
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...