Studi: Orang dengan Pandangan Ekstremis Kemungkinan Kemampuan Kognitifnya Buruk
SATUHARAPAN.COM-Orang dengan pandangan ekstremis yang mendukung kekerasan terhadap orang lain kemungkin menderita kemampuan kognitif yang lebih buruk termasuk memori kerja, menurut sebuah studi baru oleh para peneliti dari University of Cambridge.
Mereka yang memegang keyakinan ideologis dogmatis dan ekstrim juga ditemukan lebih buruk dalam mempertimbangkan bukti ketika membuat keputusan non politik, dan lebih impulsif daripada yang lain.
Studi ini menunjukkan bahwa gabungan tertentu dari ciri-ciri kepribadian dan kognisi bawah sadar: cara otak kita mengambil informasi dasar, adalah prediktor kuat untuk pandangan ekstremis di berbagai keyakinan, termasuk nasionalisme dan agama.
Kombinasi atribut kognitif dan emosional ini memprediksi dukungan kekerasan pada "kelompok" ideologis seseorang, menurut temuan itu yang diterbitkan di Philosophical Transactions of the Royal Society B yang dikutip dari keterangan pers oleh Eurek Alert.
Studi tersebut membuat para ilmuwan percaya bahwa psikologi yang mengakar dalam seseorang sangat berkaitan dengan kecenderungan politik mereka, menurut laporan itu.
"Saya tertarik pada peran fungsi kognitif tersembunyi dalam ‘mengukir’ pemikiran ideologis," kata Dr Leor Zmigrod, penulis utama dari Departemen Psikologi Cambridge.
Meneliti 334 Orang
Para peneliti mempelajari sekelompok 334 penduduk Amerika Serikat dengan melakukan 37 tes kognitif yang tidak ada hubungannya dengan politik atau ideology, menilai faktor-faktor seperti memori kerja dan keterampilan mengumpulkan bukti.
Setelah dua tahun berlalu, kelompok yang sama ditanyai tentang keyakinan politik mereka dan diminta untuk menilai seberapa kuat mereka setuju dengan pernyataan seperti: 'Saya akan mengorbankan hidup saya jika itu menyelamatkan nyawa orang Amerika lainnya'.
Hasil yang diterbitkan dalam makalah berjudul “Korelasi Kognitif dan Persepsi dari Sikap Ideologis: Pendekatan berbasis Data,” menunjukkan bahwa kemampuan kognitif seseorang adalah cara yang jauh lebih baik untuk memprediksi keyakinan ideologis mereka daripada demografi seperti usia atau jenis kelamin.
Orang-orang yang memiliki pandangan ekstrem untuk mendukung 'kelompok' mereka sendiri, mendukung kekerasan terhadap orang lain di luar kelompok, ditemukan memiliki memori kerja yang lebih buruk, lebih lambat untuk memahami informasi baru, dan cenderung lebih impulsif.
Mereka yang diuji dalam kategori dogmatisme tinggi dalam survei ideologis ternyata lebih lambat dalam mengumpulkan bukti saat membuat keputusan, dan cenderung tidak mengambil risiko sosial.
Peserta yang dilaporkan konservatif secara politik cenderung lebih berhati-hati dalam tes kognitif, mengambil lebih banyak waktu untuk mengumpulkan bukti sebelum membuat keputusan.
"(Studi) ini mungkin menawarkan wawasan kunci untuk program pendidikan bernuansa yang bertujuan untuk mendorong kerendahan hati dan pemahaman sosial," tulis penulis makalah tersebut.
Para peneliti dari University of Cambridge mengatakan bahwa, meski masih dalam tahap awal, penelitian ini dapat membantu mengidentifikasi dan mendukung orang-orang yang paling rentan terhadap radikalisasi di seluruh spektrum politik dan agama dengan lebih baik.
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...