Studi Ungkap Jutaan Lebah Mati Setiap Hari di Jalan Raya
Ada kekhawatiran kematian lembah akan berdampaknya pada keanekaragaman hayati dan lingkungan. "Jika menggunakan nilai rata-rata lalu lintas harian, bisa jadi sebanyak 4,9 miliar lebah mati dalam satu musim terbang lebah selama enam bulan."
UTAH, SATUHARAPAN.COM-Jutaan lebah mati setiap hari oleh mobil di jalan raya, ungkap studi terbaru yang dilakukan oleh Utah State University (USU), Amerika Serikat.
Sementara rusa atau moose, kedua mamalia yang sering terancam oleh kendaraan di jalan raya, dilindungi oleh pelestari satwa liar, lebah sama sekali tidak diperhatikan karena ukurannya yang kecil.
Departemen Biologi USU, yang dipimpin oleh ahli ekologi dan peneliti, Joseph Wilson, berupaya untuk lebih memahami jumlah besar kematian lebah akibat tabrakan kendaraan.
Dalam percobaan tersebut, tim peneliti memasang perangkap lengket pada bemper mobil dan menggunakan statistik dari Departemen Transportasi untuk menganalisis data mereka lebih lanjut.
Hasilnya menunjukkan bahwa puluhan juta lebah mati setiap hari saat pengemudi melaju kencang di jalan raya Amerika Serikat bagian barat. Wilson, bersama beberapa alumni USU, melaporkan penemuan awal mereka dalam jurnal Sustainable Environment edisi 7 November.
Studi tersebut menerbitkan bahwa "Pada tingkat tertinggi, bisa jadi sebanyak 4,9 miliar lebah (mati) dalam satu musim terbang lebah selama enam bulan jika nilai lalu lintas harian rata-rata digunakan."
Uji coba yang dilakukan antara tahun 2019 dan 2021 oleh para peneliti USU Tooele memungkinkan pengumpulan data ini.
Wilson berkata, "Lebah memainkan peran penting dalam ekosistem kita. Konsekuensi dari seringnya tabrakan mereka dengan kendaraan jauh melampaui ketidaknyamanan perjalanan kecil. Faktanya, dampak kematian lebah ... mungkin memiliki dampak negatif yang lebih besar daripada yang kita sadari."
Lebih Penting daripada Yang Kita Sadari
Kualitas habitat pinggir jalan secara langsung memengaruhi apakah hewan dapat tetap berada di sisinya atau memutuskan untuk menyeberang jalan untuk mencari tempat mencari makan yang lebih baik. Wilson menyarankan agar manajemen publik, serta organisasi swasta, membuat penanaman di sepanjang jalan dan di median jalan.
“Ini mungkin bukan solusi terbaik di semua area jika penanaman tersebut mendorong serangga menyeberang jalan untuk mengakses sumber daya tersebut,” kata Profesor Wilson. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana menciptakan tempat berlindung yang ramah bagi lebah tanpa membahayakan mereka lebih jauh.
Wilson yakin bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk lebih memahami bagaimana desain jalan dapat mengurangi bahaya bagi penyerbuk ini. Namun, ia berpikir bahwa dengan kesadaran dan upaya bersama, lanskap dapat “dipulihkan” di sepanjang jalan raya untuk mendukung populasi lebah.
Profesor Wilson menyatakan, “Lebah adalah spesies kunci yang mendukung keanekaragaman dan reproduksi tanaman. Memahami bagaimana kita dapat mendukung penyerbuk … merupakan langkah penting untuk melindungi serangga penting ini.” (JP)
Editor : Sabar Subekti
Natal dan Tahun Baru, Menag: Beri Kesempatan Umat Beribadah ...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Menteri Agama, Nasaruddin Umar, menekankan pentingnya menciptakan suasana y...