Studi Ungkap Orang Tua-Anak Semakin Sering Berkonflik Selama Pandemi COVID-19
CHICAGO, SATUHARAPAN.COM - Stres dan ketidakpastian yang disebabkan pandemi COVID-19 telah berdampak buruk pada orang tua, seiring dengan beban fisik dan psikologis yang mulai dirasakan anak-anak mereka akibat situasi ini, menurut hasil sebuah studi yang diunggah di laman web Universitas Michigan (UM) pada Selasa (31/3).
Para peneliti meluncurkan survei daring pada 24 Maret lalu, sekitar sepekan setelah Gedung Putih mengeluarkan arahan social distancing atau jaga jarak sosial untuk memperlambat laju penyebaran virus. Survei tersebut melibatkan 562 responden dewasa, dengan 288 atau 51 persen di antaranya adalah orang tua yang memiliki setidaknya satu anak berusia 12 tahun ke bawah.
Para responden melaporkan kesehatan mental dan kesejahteraan mereka, serta pola asuh dan kondisi ekonomi selama pandemi. Mereka juga memberikan jawaban untuk pertanyaan terbuka tentang perubahan perilaku anak dan pola asuh sejak munculnya krisis kesehatan global ini.
Meski mayoritas orang tua mengaku menjadi lebih dekat dengan anak-anak mereka ketika harus berdiam di rumah, tak sedikit yang juga melaporkan tingkat hukuman psikologis dan fisik yang tinggi terhadap anak-anak mereka selama masa-masa ini.
Sekitar 50 persen orang tua khawatir mereka tidak mampu membayar tagihan dan 55 persen cemas akan kehabisan uang.
Selain itu, sekitar 52 persen orang tua mengaku bahwa masalah finansial telah menjadi penghambat dalam mengasuh anak-anak mereka selama pandemi, sementara 50 persen orang tua mengaitkannya dengan isolasi sosial.
Sekitar satu dari enam orang tua mengaku pernah memukul atau menampar anak mereka setidaknya sekali dalam dua pekan terakhir. Sedangkan 11 persen orang tua mengatakan telah melakukan hal tersebut selama beberapa kali atau sering.
Frekuensi membentak, berteriak dan menjerit kepada anak-anak cukup tinggi, dengan empat dari 10 orang tua mengatakan mereka telah melakukan hal itu beberapa kali atau sering dalam dua pekan terakhir.
Ketika ditanya apakah perilaku tersebut merupakan peningkatan dari perilaku yang biasa mereka lakukan, 19 persen menjawab mereka jadi lebih sering berteriak atau menjerit, dan 15 persen mengaku telah meningkatkan pemberian hukuman kepada anak mereka sejak munculnya pandemi.
"Mengingat bahwa data ini dihimpun pada periode yang relatif awal sejak pemberlakuan lockdown akibat pandemi coronavirus, kita dapat memprediksi angka ini akan terus meningkat dari waktu ke waktu ketika kondisi ekonomi memburuk dan tingkat stres orang tua meningkat," kata Shawna Lee, penulis utama studi tersebut yang juga menjabat sebagai Direktur UM Parenting di Context Research Lab.
Para peneliti mencatat bahwa temuan studi ini tidak sepenuhnya suram. Pasalnya, 88 persen orang tua melaporkan bahwa mereka dan anak-anak mereka lebih sering menunjukkan kasih sayang terhadap satu sama lain dalam dua pekan terakhir. (Xinhua)
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...