Suara Harapan untuk Keadilan dan Perdamaian di Holy Land
SATUHARAPAN.COM – Pada bulan Juni tahun lalu, pengacara hak asasi manusia Raanan Mallek muncul sebagai salah satu dari "12 Wajah Harapan" dalam kampanye #SeekJusticeAndPeace WCC. Kampanye itu digelar untuk memperingati 50 tahun pendudukan Israel atas wilayah Palestina.
Pertengahan Februari 2018, Mallek berpartisipasi dalam “Pertemuan dalam Rangka Implementasi Rencana Aksi untuk Pemimpin Agama dan Pelaku untuk Mencegah Kegentingan terhadap Kekerasan yang Dapat Menimbulkan Kejahatan Serius”. Acara itu diadakan di Perserikatan Bangsa-Bangsa di Wina, Austria, dengan Dewan Gereja Dunia (WCC) turut serta sebagai tuan rumah.
Dalam kedua peristiwa tersebut, kehadiran Mallek merupakan bukti komitmen kuatnya terhadap persamaan hak, terlepas dari perbedaan agama, ras, atau perbedaan lain.
Contoh konkretnya adalah keterlibatannya di Hands of Peace. Organisasi antaragama itu mengembangkan keterampilan membangun perdamaian dan kepemimpinan di kalangan remaja Israel, Palestina, dan Amerika, melalui kekuatan dialog dan hubungan pribadi.
Raanan Mallek juga merupakan kekuatan pendorong di balik “Doa Bersama di Yerusalem”, sebuah gerakan, yang di dalamnya umat Islam, Yahudi, Kristen, dan orang-orang dari agama lain berkumpul pada hari Kamis terakhir setiap bulan untuk berdoa, berdasarkan tradisi doa masing-masing, secara berdampingan.
Sama positifnya dengan program semacam itu, Raanan Mallek sangat menyadari kenyataan yang dihadapi orang-orang Palestina. “Saya merasa diberi mandat untuk mewakili suara keadilan bagi orang lain di tanah kami, pertama dan terutama orang-orang Palestina. Memosisikan diri ke dalam diri mereka, masa depan memang suram. Tidak ada yang berubah dengan adanya berbagai aksi, dan sepertinya tidak ada yang mau menghadapi masalah sebenarnya. Ini sangat menyedihkan, karena kita dimaksudkan untuk bersama dan takdir kita terbungkus satu sama lain,” kata Mallek, kepada Claus Grue dari WCC.
Sejak berpartisipasi dalam kampanye Faces of Hope-nya WCC, ia telah menerima banyak umpan balik positif dan negatif.
“Sebagai anggota dewan Rabbis for Human Rights, saya dituduh telah dimanfaatkan sebagai agenda pro-Palestina dari WCC, yang oleh beberapa orang sengaja disalahartikan sebagai anti-Israel. Tentu saja tidak. WCC berkomitmen untuk mengambil posisi yang tidak bias, dan saya secara pribadi berkomitmen untuk membantu mengungkapkan hal ini kepada calon mitra Yahudi. Partisipasi saya dalam kampanye tersebut hanyalah sebuah isu hak asasi manusia,” kata Mallek.
Terlepas dari situasi yang tampaknya memburuk bagi rakyat Palestina, dengan tingkat pengangguran yang rendah dan dengan sinyal yang mengerikan, ia masih optimistis tentang masa depan.
“Orang-orang Palestina berada pada titik paling rendah, namun segala sesuatu akan terus berjalan, menjadi lebih baik. Selalu ada harapan, karena potensinya luar biasa,” ia menambahkan.
Mallek melihat sinar harapan melalui program tempat ia terlibat di dalamnya, di mana orang-orang muda dari berbagai agama saling bertemu, orang-orang berdoa bersama, dan sebagian besar menginginkan perdamaian dan keadilan abadi untuk semua orang.
“Saya percaya dengan memberdayakan kaum muda untuk menyadari apa yang perlu terjadi, untuk secara efektif mengakhiri pendudukan, adalah memastikan hak yang setara bagi semua orang di Tanah Suci. Kualitas hidup bagi warga Palestina jauh lebih penting daripada relokasi kedutaan AS,” ia menjelaskan.
Tetapi, tidak ada yang mudah. Banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memindahkan ke arah yang benar. Potensinya ada, tapi ada kekuatan ekstremis yang kuat yang bekerja melawan perdamaian, karena “perdamaian akan mencabut hak orang-orang fanatik,” menurut pendapat Mallek.
Namun, harapan dan pemimpin agama berada pada posisi yang tepat untuk mencegah dan menghadapi segala macam ujaran kebencian dan fanatisme, dan untuk mempromosikan hak-hak yang sama secara global. Begitulah Rencana Aksi, yang dibahas di Wina baru-baru ini, dan yang telah mendorong Raanan Mallek untuk terlibat di dalamnya. (oikoumene.org)
Editor : Sotyati
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...