Loading...
SAINS
Penulis: Melki 12:37 WIB | Jumat, 28 Maret 2025

Sukralosa, Pengganti Gula Tingkatkan Rasa Lapar

Ilustrasi beragam jenis gula dan pemanis buatan (Shutterstock)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Para peneliti menemukan fakta bahwa sukralosa yang menjadi pemanis buatan pengganti gula dapat mengubah aktivitas otak dengan cara meningkatkan rasa lapar, yang berpotensi menyebabkan konsumsi kalori lebih banyak dalam jangka panjang.

Dikutip dari Medical Daily pada Kamis (27/3), melalui studi yang dipublikasikan di Nature Metabolism, para periset meneliti bagaimana sukralosa memengaruhi rasa lapar dengan menganalisis aktivitas otak di hipotalamus, wilayah yang bertanggung jawab untuk mengatur nafsu makan dan berat badan pada 75 peserta.

Para peserta mengonsumsi air, minuman manis dengan sukralosa, atau minuman yang dimaniskan dengan gula biasa sebelum menjalani pemindaian MRI, tes darah, dan tes untuk mendeteksi tingkat rasa lapar.

Hasil MRI mengungkapkan bahwa mereka yang mengonsumsi sukralosa menunjukkan peningkatan aktivitas otak dan perubahan dalam cara hipotalamus berkomunikasi dengan wilayah otak lainnya. Dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi gula, peserta yang minum sukralosa dilaporkan merasa lebih lapar.

Hasil tes darah selanjutnya mengungkapkan bahwa sukralosa gagal meningkatkan kadar hormon utama seperti insulin dan glukagon-like peptide 1 (GLP-1) yang bertanggung jawab untuk memberi sinyal kenyang.

"Tubuh menggunakan hormon-hormon ini untuk memberi tahu otak bahwa Anda telah mengonsumsi kalori, untuk mengurangi rasa lapar. Sukralosa tidak memiliki efek itu dan perbedaan respons hormon terhadap sukralosa dibandingkan dengan gula bahkan lebih jelas pada peserta dengan obesitas," kata penulis korespondensi studi dan profesor kedokteran di Keck School of Medicine Dr. Kathleen Alanna Page dalam rilis berita.

Para peneliti menemukan kemungkinan penjelasan untuk hasil yang tidak terduga ini. Menurut Page, otak mengharapkan lonjakan energi saat merasakan rasa manis, tetapi dengan sukralosa, lonjakan energi yang diharapkan itu tidak pernah terjadi. Ketidaksesuaian antara rasa dan kalori ini dapat membingungkan sinyal lapar otak, yang berpotensi menyebabkan keinginan yang lebih kuat dan perubahan perilaku makan.

"Jika tubuh Anda mengharapkan kalori karena rasa manis, tetapi tidak mendapatkan kalori yang diharapkan, hal itu dapat mengubah cara otak dipersiapkan untuk menginginkan zat tersebut dari waktu ke waktu," kata Dr. Page.

Para peneliti telah meluncurkan studi lanjutan untuk menyelidiki bagaimana pemanis bebas kalori memengaruhi perkembangan otak anak-anak dan remaja, konsumen gula dan pengganti gula terbesar.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home