Suku Pribumi Brasil Tentang Langkah Bolsonaro Rusak Hutan Amazon
TAMAN NASIONAL XINGU, BRASIL, SATUHARAPAN.COM – Masyarakat suku asli Brasil dan para penyadap pohon karet, bergabung untuk menentang langkah yang diambil Presiden Brasil Jair Bolsonaro, dengan menyebutnya akan merusak hutan Amazon, tempat mereka bergantung selama ini.
Sekitar 450 orang anggota dari 47 suku asli menggelar pertemuan hari kedua pada Rabu (15/1), mendiskusikan cara melawan langkah Bolsonaro yang melemahkan lembaga publik, yang semestinya melindungi lingkungan dan hak-hak agraria masyarakat asli.
Bolsonaro menyebut, bahwa masyarakat pribumi sudah terlalu banyak memiliki lahan, dan ia ingin membuka pemesanan untuk kegiatan tambang komersial, dan pertanian demi mengembangkan Amazon serta mengangkat kehidupan masyarakatnya dari kemiskinan.
Kepala suku Kayapo, Raoni Metuktire, yang menyerukan agar pertemuan digelar di desanya di sungai Xingu, meminta Kongres Brasil untuk menghalangi kebijakan presiden.
"Kami di sini untuk mempertahankan tanah kami dan memberitahu dia (Bolsonaro), agar berhenti berbicara hal buruk tentang kami," kata Raoni, sosok yang menjadi rujukan global atas kampanye lingkungan yang dilakukannya tahun 1980 bersama musisi Sting.
Raoni secara tegas menyatakan bahwa, ia tidak akan pernah menerima kegiatan tambang dilakukan di tanah leluhurnya.
Salah satu yang hadir dalam pertemuan itu adalah Angela Mendes, putri dari seorang penyadap pohon karet yang juga pemimpin serikat dagang serta aktivis lingkungan, Chico Mendes, yang tewas dibunuh oleh pengusaha peternakan pada 1988 karena usahanya melindungi hutan hujan Brasil.
"Bersatu kami bisa melawan. Mereka punya kuasa pemerintahan, namun kami punya kekuatan air, bunga, juga tanah leluhur," kata Angela dalam konferensi pers.
Keberadaan masyarakat non-pribumi yang hidup dari usaha ekstraktif dengan menyadap karet dari alam, dan menjual buah-buahan dari hutan menjadi terancam dengan adanya penggundulan hutan, kata Angela memberi peringatan.
Angela membentuk aliansi bersama dengan Sonia Guajajara, kepala organisasi payung bernama APIB yang merupakan organisasi terbesar dalam urusan suku adat.
"Ini adalah momen sangat serius dalam sejarah kami. Ini tampak seperti skenario perang," kata Sonia, menuduh Bolsonaro telah melayani kepentingan sektor pertanian dan peternakan Brasil untuk merangsek ke wilayah Amazon.
Peningkatan kekerasan terhadap 850.000 orang pribumi Brasil atas konflik agraria dengan para peternak, penambang ilegal, dan pembalak liar mengancam masa depan suku adat, kata Sonia.
Sementara itu, Bolsonaro telah berjanji untuk melibatkan masyarakat pribumi dalam ekonomi dan masyarakat modern Brasil. Namun Sonia menyebutnya sebagai suatu asimilasi yang setara dengan matinya budaya dan bahasa adat mereka.
Badan Urusan Masyarakat Pribumi Brasil, Funai, yang saat ini dipimpin oleh anggota kepolisian yang ditugaskan oleh Bolsonaro, menyebut bahwa pertemuan di Xingu adalah "acara privat" yang tidak bisa didukung karena tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah. (Reuters/Ant)
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...