Loading...
SAINS
Penulis: Octavia Putri 04:02 WIB | Jumat, 28 Mei 2021

Sulit Tidur Pada Malam Hari? Yuk Kembalikan "Well Being" Kita

“Early to bed and early to rise makes a man healthy, wealthy, and wise.” — Benjamin Franklin
Sulit tidur. (Foto: Ist)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sering kali ketika di malam hari, kita sulit tidur. Di pagi hari, membuat kita jadi sulit bangun. Kemudian, menjadikan pola tidur sehari-hari. Sayangnya, waktu tidur atau pun kualitas tidur yang kurang akan mempengaruhi aspek kehidupan kita, baik fisik, kognitif, sosial, maupun emosi. Padahal menurut artikel “Kebutuhan tidur sesuai usia” dari Promkes, usia 1-2 tahun, anak perlu tidur 12-14 jam termasuk tidur siang, usia 3-6 tahun perlu tidur 11-13 jam, usia 6-12 tahun perlu 10 jam tidur, 12-18 tahun perlu 8-9 jam waktu tidur, 18-40 tahun perlu tidur 7-8 jam, 40-60 tahun sekitar 7 jam, dan usia di atas 60 tahun cukup 6jam per hari.

Lalu bagaimana jika kita kurang tidur? Salah satu dampak kurang tidur adalah kurangnya konsentrasi/fokus. Kemudian, membuat kita jadi mudah lupa. Dari sini, akan berdampak pada prestasi kita (baik di sekolahan, di kuliahan, maupun di pekerjaan). Selain kognitif, kurang tidur juga berdampak pada fisik, seperti mudah lelah, detak jantung tidak teratur, dan badan pegal-pegal. Berkaitan dengan aspek emosi, orang yang kurang tidur akan jadi mudah marah, mudah cemas, emosi kurang stabil, hingga depresi.

Dampak kurang tidur ini mempengaruhi well being. Apa sih well being? Well being ini alias kesejahteraan manusia, biasanya dikaitkan secara ekonomi (kebutuhan dasar manusia), sosial (pendidikan, pekerjaan) atau pun psikologis. Ryff dan Keyes menyatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk membedakan hal positif dan negatif dalam hidup mereka serta kesejahteraan pun berhubungan dengan kepuasaan (kebahagiaan) hidup seseorang. Lebih lanjut, mereka mendefinisikan kesejahteraan psikologis merupakan kemampuan individu untuk memiliki tujuan hidup (purpose of life), bagaimana menjadi mandiri (autonomy), bagaimana menampilkan potensi milikinya secara berkala (personal growth), bagaimana ia menerima diri sendiri (self acceptance), hingga membentuk kualitas hubungan dengan orang lain (positive relation with other) dan bagaimana diri sendiri memandang lingkungan (environmental mastery).

Apa hubungannya well being dengan tidur? Jika kita kurang tidur, maka untuk mencapai kesejahteraan akan lebih sulit karena masih sulit fokus pada diri sendiri. Contoh, kita saja sulit berkonsentrasi pada pekerjaan, bagaimana kita memikirkan tujuan hidup kita? Atau kita cenderung mudah marah akan suatu hal bagaimana kita membangun kualitas yang baik dengan orang lain? Atau ketika kita sering cemas akan sesuatu bagaimana kita mau memikirkan potensi diri kita secara berkala?

Beberapa tips yang bisa dicoba untuk mengembalikan waktu tidur, yaitu:

  • Biasakan rutinitas yang sama tentang jadwal tidur. Contoh, jam 10 malam sudah berada di atas ranjang dan bangun jam 6 pagi. Walaupun tidak langsung tidur, tidak apa-apa yang penting sudah ada di ranjang. Begitu pula di pagi hari, usahakan bangun di jam yang sama, sehingga tubuh terbiasa.
  • Perhatikan asupan makanan dan olahraga yang cukup. Karena asupan gizi dan olahraga akan mempengaruhi kebutuhan tubuh, sehingga membantu mengatur hormon dan suasana hati.
  • Buat suasana kamar nyaman. Apakah suhu udara di kamar cukup nyaman? Gunakan lampu kecil atau penutup mata jika perlu.
  • Kurangi gadget. Sebelum tidur, usahakan tidak main handphone atau TV, sehingga sudah tercipta suasana istirahat.
  • Coba teknik 4 7 8. Tarik nafas 4 detik, tahan nafas 7 detik, buang nafas 8 detik.
  • Cari bantuan professional, jika dibutuhkan. Terkadang obat-obatan dan terapi sesuai anjuran dokter akan membantu.
 
 
Octavia Putri, MPsi, Psikolog

BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home