Sumba Gempa 6,6 SR, BMKG Pantau Dampaknya
KUPANG, SATUHARAPAN.COM- Gempa cukup kuat terjadi dan dirasakan warga di Pulau Sumba, sehingga Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setempat perlu berkordinasi dengan pemerintah daerah untuk memantau dampak gempa ini.
Kepala BMKG Waingapu, Mario Koten, saat dihubungi di Kupang, Jumat (30/12), mengatakan gempa berkekuatan 6,6 SR dirasakan semua orang di wilayah itu, dan belum terjadi adanya gempa susulan akibat guncangan tersebut.
"Kami mengimbau warga yang berada di wilayah pesisir pantai di Pulau Sumba untuk tetap tenang dan tidak terpancing adanya isu tsunami. Gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami," ujar dia lagi.
Ia mengatakan gempa bumi di Pulau Sumba itu juga dirasakan di Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores NTT, serta Bima dan Bali.
Dia menjelaskan, gempa dengan kedalaman 91 km itu dirasakan hingga ke Kuta, Gianyar, Denpasar Bali, Mataram, Bima Nusa Tenggara Barat (NTB), Labuan Bajo, Ruteng-Flores Barat, Waingapu, Tambolaka NTT.
Di Kuta dan Gianyar Bali, rata-rata dirasakan pada skala SIG-BMKG (III MMI) kecuali Mataram, Bima Nusa Tenggara Barat (NTB), Labuan Bajo, Ruteng-Flores Barat, Waingapu, Tambolaka NTT rata-rata hanya pada Skala SIG BMKG (II-MMI).
Gempa yang dirasakan hampir seluruh wilayah barat NTT, NTB dan Bali itu tergolong kuat, sehingga mengejutkan warga meskipun tidak berpotensi tsunami.
Menurutnya, hal itu terjadi karena daerah tumbukan lempeng Hindia-Australia yang bergerak menekan lempeng Eurasia di sebelah barat Pulau Sumatera dengan pergerakan tujuh cm per tahun selalu menjadi daerah potensial gempa.
Dalam skala nasional bahkan dunia, kata dia lagi, setelah gempa bumi berkekuatan 7,9 skala richter di Nepal, 25 April 2015 dengan korban tewas 2.300 orang, seorang ahli gempa memperkirakan gempa dahsyat selanjutnya akan terjadi di beberapa lokasi yang selama ini belum melepaskan energi tumbukan terbesar, salah satunya adalah gempa di Sumba Barat Daya ini.
Ia mengatakan setiap gempa mempunyai siklus dan ada wilayah yang sudah lama belum ada catatan gempa besar atau seismic gap, pertama di kawasan mulai Pulau Pagai sampai Pulau Enggano.
Kedua daerah yang melingkari Pulau Siberut, Sipora, dan Pagai. Pada kedua zona itu belum pernah ada catatan gempa besar, sehingga potensi terjadi gempa dahsyat dapat terjadi sewaktu-waktu.
Dua kawasan itu dianggap terjadi tumbukan dua lempeng yang terkunci cukup lama, sehingga ketika energinya keluar bisa di atas sembilan SR atau disebut megatrush Mentawai.
Dalam sejarahnya di sekitar Mentawai pernah terjadi gempa dahsyat dengan kekuatan 8,9 SR pada tahun 1833 dan 1797 dengan kekuatan 8,4 SR.
Gempa bumi berkekuatan 6,6 SR yang dilaporkan mengguncang wilayah Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), terjadi pada Jumat pukul 06.30 WITA berlokasi pada 9.37 derajat lintang selatan dan 118.63 derajat bujur timur atau 59 km barat laut Sumba Barat Daya (SBD), Nusa Tenggara Timur dengan kedalaman 91 km.(Ant)
Editor : Sotyati
Obituari: Mantan Rektor UKDW, Pdt. Em. Judowibowo Poerwowida...
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Mantan Rektor Universtias Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Dr. Judowibow...