Surat Tuhan
(Surat imajiner bertolak dari Wahyu 2-3)
SATUHARAPAN.COM - Dan tuliskanlah ini kepada jemaat Anu di kota Anu: Inilah ungkapan hati-Ku, menyambut pendewasaanmu.
Aku bersyukur atas pertambahan jumlahmu. Ingat, awal-awal ketika kamu dibentuk? Berawal dari sebuah rumah dengan tidak lebih dari 20-30-an orang rata-rata yang hadir. Kini, bahkan tiga ruangan ruko tidak bisa menampungmu. Tetapi toh Aku ingin bertanya, apakah pertambahan jumlahmu diikuti juga dengan pertumbuhan imanmu kepada-Ku dan semakin hangatnya kasihmu satu kepada yang lain? Masih adakah dalam dirimu semangat dan kasih yang mula-mula itu? Anak-Ku, jangan biarkan pertambahan jumlah dan perkembangan zaman, dengan segala nilai dan tuntutannya, menggerus semangatmu dan merampas kasihmu!
Aku bersyukur dengan kenyamanan dan kemapanan yang kamu miliki. Bandingkan dengan saudara-saudaramu di beberapa tempat; yang bahkan untuk beribadah pun mereka harus menggunakan trotoar, di tengah teror kebencian dan kekerasan pula! Tetapi toh Aku ingin mengingatkanmu, berhati-hatilah dengan segala kenyamanan itu, jangan sampai itu melenakanmu. Membuat kamu ”tertidur”. Sebab situasi ”mulus” di luar tidak serta membuat kondisi di dalam juga ”lurus”. Justru tidak jarang tantangan dari dalam itu lebih berat dan ”mematikan”.
Juga waspadalah dengan kemapanan, jangan sampai itu menjebakmu. Membuat kamu asyik dengan dirimu sendiri. Lalu lupa akan misi dan panggilanmu di dunia. Ingat, kamu ada atas prakarsa dan perkenan-Ku. Bukan tanpa sengaja, atau kebetulan, Aku menjadikanmu sebagai jemaat yang dewasa agar kamu semakin menjadi saluran berkat (bukan penimbun berkat); bukan hanya untuk warga jemaatmu atau pun masyarakat di sekitarmu, tetapi juga untuk negeri di mana kamu berada, sehingga mereka dapat merasakan sapaan kasih-Ku.
Aku juga bersukacita dengan segala talenta dan kepandaian yang ada padamu. Bisa dibilang, kamu adalah ”orang-orang pilihan”. Percayalah, tidak banyak orang bisa berada ”di tempatmu” dan dalam ”keadaanmu” seperti sekarang ini. Tetapi toh Aku ingin mengingatkanmu, talenta dan kepandaian bila tidak disertai dengan kerendahan hati dan kesadaran, bahwa semua itu adalah titipan yang suatu saat harus dipertanggungjawabkan, akan kontraproduktif, bahkan bisa ”menghancurkan”. Talenta dan kepandaianmu bisa menjadi kekuatanmu, kalau kamu pergunakan dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya; seturut imanmu kepada-Ku dan kasihmu kepada sesama. Tetapi talenta dan kepandaianmu juga bisa menjadi titik lemahmu kalau kamu pergunakan dengan sesuka-sukanya, semau-maunya; seturut dengan ego dan kepentingan pribadimu.
Aku juga ingin mengingatkanmu akan bahaya aktivisme; begitu sibuk dengan berbagai aktivitas, sampai-sampai tidak ada waktu jeda untuk bersama-Ku secara pribadi. Sebab kesibukan tanpa perenungan adalah ”kosong”. Dan akan berlalu tanpa makna. Gone with the wind.
Kasih dan rahmat-Ku menyertaimu. Teruslah berjuang untuk menjadikan dirimu semakin ”relevan” dengan dunia ini, tanpa harus kehilangan ”identitasmu”. Siapa bertelinga hendaklah ia mendengar.
Editor: Tjhia Yen Nie
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...