Suriah, Damai Itulah Jalan
SATUHARAPAN.COM – Pembicaraan damai Suriah akhirnya dimulai di Jenewa, Swiss dengan ditengahi oleh utusan khusus PBB, Staffan de Mistura yang mengumumkan hal itu pada hari Senin (1/2).
De Mistura telah bertemu dengan kelompok Oposisi pada hari Senin dan hari Selasa (2/2) bertemu dengan delegasi pemerintah Suriah. Bagaimanapun ini harus dilihat sebagai berita menggembirakan, setelah berkali-kali upaya perundingan gagal terwujud dan usaha kali ini pun terus tertunda.
Ada harapan besar yang diemban untuk pertemuan ini, meskipun secara realistis haru dilihat sebagai langkah awal untuk mengakhiri perang saudara selama lima tahun yang telah menghancurkan Suriah.
Perang di Suriah telah membunuh lebih dari 250.000 orang, termasuk 74.426 warga sipil. Di antara mereka ada 12.517 anak dan 8.062 perempuan. Belasan juta orang terkepung dalam pertempuran dan menderita kelaparan, sementara 4,3 juta warganya harus mengungsi ke negara tetangga demi menghindari kematian.
Berbagai Hambatan
Perundingan ini sejak awal menunjukkan ada berbagai hambatan. Oposisi yang didukung Barat sejak awal menetapkan syarat perundingan untuk proses politik bagi masa depan Suriah dengan menolak keterlibatan Presiden Bashar Al-Assad. Ini syarat yang tidak mudah karena secara de facto Al-Assad masih memegang kekuatan, apalagi didukung oleh Rusia yang gencar melakukan serangan udara.
Di sisi lain di kalangan oposisi Suriah, tidak mudah menyatukannya. Yang belakangan muncul adalah tentang tempat bagi kelompok Turkmen (orang Turki di Suriah). Turki yang mendukung oposisi Suriah menolak kahadiran Turkmen, karena mereka berafiliasi dengan Partai Buruh Turki (PKK) yang memberontak terhadap Turki. Hal ini ditentang oleh Rusia, karena perundingan semestinya melibatkan semua komponen Suriah.
Di pihak lain lagi di Suriah masih bercokol kelompok jihat dari Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) yang terus melakukan aksi bersenjata mematikan. Keberadaan mereka akan menjadi hambatan serius untuk mewujudkan gencatan senjata di Suriah, padahal itu diperlukan untuk menciptakan kondisi perundingan yang produktif.
Masalah NIIS atau Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) juga menjadi hambatan lain dalam memberikan bantuan bagi warga Suriah yang terkepung dan menghadapi kelaparan. Bantuan kemanusiaan untuk merek mensyaratkan jaminan akses keamanan. Dan hal ini juga dituntut oleh pihak Opoisis.
Masalahnya adalah gencatan senjata bisa saja disepakati oleh pemerintah Suriah dan Oposisi Suriah, namun sama sekali tidak ada harapan untuk melibatkan ISIS yang dikenal brutal ini untuk menghormati kesepakatan itu.
Sudut Pandang Korban
Perundingan damai untuk Suriah yang berlangsung di Jenewa memang berada dalam harapan besar dan kekhawatiran besar akan kegagalan, terutama ini adalah pertemuan ketiga kalinya. Masalah utama adalah fokus pembicaraan masih berkutat pada para pelaku, dan terlalu sedikit melihat dari sisi korban dan masa depan Suriah.
Para pihak masih dalam posisi menyalahkan pihak lain dan ingin menyingkirkan pihak lain dalam proses perundingan. Sementara dari banyak laporan tampaknya kedua pihak disebut juga terlibat dalam kekerasan dan dugaan pelanggaran kemanusiaan. Fokus ini hanya akan menghasilkan pembicaraan untuk saling membenarkan diri, bahkan dari pihak luar Suriah yang terlibat.
Sementara itu, jutaan warga Suriah yang menderita kelaparan dan jutaan lainnya berada di pengungsian dengan berbagai tantangannya kurang didengarkan. Dengan kata lain perundingan masih terfokus pada para pelaku dan banyak mengabaikan nasib para korban. Situasi ini bisa membuat perundingan bertele-tele dan menciptakan frustrasi.
Namun demikian, perundingan ini diharapkan sebagai langkah awal adanya kesadaran mengakhiri perang ini melalui negosiasi, dan bukan dengan senjata yang makin mematikan. Dan pada pertemuan selanjutnya para korban lebih didengar oleh para pelaku, dan terutama delegasi dalam pertemuan ini. Sebab, seperti kata Mahatma Gandhi, tidak ada jalan menuju damai, damai itulah jalan.
Joe Biden Angkat Isu Sandera AS di Gaza Selama Pertemuan Den...
WASHIGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengangkat isu sandera Amerika ya...