Surono: Gunung Slamet Keluarkan Letusan Strombolian
PURWOKERTO, SATUHARAPAN.COM - Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono, mengatakan Gunung Slamet di Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes, masih mengeluarkan letusan tipe strombolian.
“Letusan atau erupsi tipe strombolian, magmanya sangat cair, ke arah permukaan sering dijumpai letusan pendek yang disertai ledakan. Bahan yang dikeluarkan berupa abu, bom, lapilli, dan setengah padatan bongkah lava," katanya saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat (12/9).
Ia mengatakan, hal itu diketahui berdasarkan data pengamatan yang dilakukan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi di Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang. Dalam pengamatan yang dilakukan pada Kamis (11/9), pukul 18.00-00.00 WIB, Gunung Slamet terhalang kabut.
Saat cerah, kata dia, teramati dua kali letusan/erupsi abu tebal berwarna cokelat kehitaman, dengan ketinggian sekitar 1.000 meter, 32 kali lontaran material/lava pijar setinggi 100-400 meter, dan 41 kali sinar api setinggi 100-800 meter dari puncak, serta terdengar 33 kali suara dentuman kuat dan empat kali suara gemuruh.
"Dari sisi kegempaan terekam sembilan kali gempa letusan dan 107 gempa embusan," kata pria yang akrab dipanggil Mbah Rono itu.
Sementara pada Jumat (12/9), pukul 00.00-06.00 WIB, Gunung Slamet terhalang kabut, saat cerah teramati 26 kali sinar api dan lontaran material/lava pijar setinggi 200-1.500 meter dari puncak, serta terdengar empat kali suara dentuman kuat dan tiga kali suara gemuruh sedang, sedangkan kegempaan terekam 25 kali gempa letusan dan 83 kali gempa embusan.
Terkait hal itu, dia mengatakan status Gunung Slamet tetap "Siaga" meskipun aktivitasnya cenderung meningkat dari jumlah dan energi kegempaan maupun letusan.
"Masyarakat diimbau tidak beraktivitas dalam radius 4 kilometer dari puncak. Di luar radius tersebut, masyarakat agar tetap tenang, tidak panik dan takut dengan suara-suara letusan atau dentuman dan lontaran material pijar, lakukan aktivitas seperti biasa," katanya.
Sementara dalam siaran persnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, lontaran material/lava pijar dengan jarak luncur 1.300 meter yang terjadi pada Kamis (11/9), menyebabkan hutan savana di sekitar puncak Gunung Slamet terbakar di dua titik, yakni kawasan sebelah timur dan barat laut.
Kendati demikian, dia mengatakan aktivitas masyarakat sekitar Gunung Slamet tetap berjalan normal dan belum perlu ada pengungsian.
"Masyarakat Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, belum perlu mengungsi namun diimbau untuk tetap siap siaga. Aparat desa dan kecamatan diminta untuk selalu berkoordinasi dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) setempat, dan memantau perkembangan gunung sesuai pengamatan Pos Pengamatan Gunung Api Slamet," katanya.
Menurut dia, BNPB telah memberikan pendampingan BPBD Jawa Tengah dan BPBD di lima kabupaten sekitar Gunung Slamet dalam menyusun rencana kontinjensi menghadapi erupsi Gunung Slamet.
Ia mengatakan, sosialisasi terkait upaya mitigasi bencana telah dilakukan, dan BPBD Kabupaten Purbalingga sudah melakukan simulasi dengan melibatkan masyarakat. "BPBD Kabupaten Banyumas dan Pemalang juga telah melakukan sosialisasi. Logistik dan peralatan telah siap semua," katanya. (Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...