Susi Apresiasi Niat Pemerintah Berikan Tunjangan Atlet
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pebulu tangkis putri legendaris Indonesia, Susi Susanti mengapresiasi niat pemerintah memberi pensiun dan perhatian bagi atlet Indonesia peraih medali di Olimpiade, dia mengaku bersama beberapa atlet cabang olahraga lainnya menantikan perhatian tersebut sejak lama, tapi dia tetap menghargai niat tersebut daripada tidak sama sekali.
“Sebenarnya mulai dari beberapa kali pergantian menpora kita semua insan olahraga dari zaman Orde Baru sampai sekarang zaman reformasi kita menunggu realisasi seperti itu (pemberian uang pensiun kepada atlet, red) sekarang ini kan kalau dibilang telat ya memang, tapi mendingan telat daripada tidak sama sekali, karena buat saya yang penting ada satu penghargaan sehingga ada kepastian untuk masa depan atlet,” kata Susi Susanti kepada para pewarta di sela-sela final Kejuaraan Bulu Tangkis Astec Open 2015, hari Sabtu (12/9), di Gelanggang Olahraga Bulu Tangkis Senayan, Jl. Asia Afrika, Jakarta.
Susi memberi contoh pentingnya pemerintah mengeluarkan peraturan tentang pemberian uang pensiun agar tidak bernasib seperti mantan atlet senam nasional, Amin Ikhsan (42) yang sudah hampir sepuluh bulan menderita penyakit gagal ginjal akut akibat over trainning, dan hingga kini harus menjalani cuci darah rutin seminggu tiga kali di Bandung.
“Nah, kalau sudah seperti itu kan sepertinya tidak hanya pemerintah, tetapi banyak pihak harus tersadar, jangan sampai ada kasus seperti itu berulang kali, kalau seperti itu (Amin Ikhsan, red) kan kasihan,” kata dia.
Kondisi perekonomian Ikhsan mengenaskan, karena dia harus terbaring tinggal di ruang terbuka akibat kediamannya di kawasan Kiaracondong, Jalan Jakarta, Kelurahan Kebonwaru, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung dibongkar.
Susi menyambut ide gembira bila benar pemberian uang pensiun akan dilaksanakan pemerintah, dengan tujuan agar banyak orang tua tidak ragu-ragu mendaftarkan anaknya menjadi atlet.
“Paling nggak anggapan orang tua akan berubah, contohnya kalau anak kita itu atlet berprestasi, kalau nggak, nah kalau nggak, dan baru berapa bulan terus dikeluarkan dari Pelatnas (Pelatihan Nasional, red) jadi kan kita orang tua mikirnya kenapa nggak jadi PNS (Pegawai Negeri Sipil, red) aja toh kerjanya nggak susah dan dijalani seumur hidup,” kata dia.
Susi sering kali kebingungan bila ditanya sejumlah orang tua yang ingin mendaftarkan anaknya menjadi atlet, pertanyaan yang sering dia terima yakni tentang masa depan, tunjangan, dan materi yang akan diterima anak tersebut.
“Nah kalau udah kayak begitu saya nggak bisa jawab. Saya hanya bisa njawab saya nggak bisa njamin anak bapak ibu akan sejahtera, tapi saya nasihati kalau anak bapak atau ibu juara paling nggak dia harus diajari menabung, tapi urusan pensiun ya harus nanya pemerintah,” kata Susi.
Beberapa hari lalu, Deputi Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Kementerian Pemuda dan Olahraga, Gatot Dewa Broto menjelaskan tentang pemberian skema pensiun bagi atlet yang berhasil menyumbang medali di Olimpiade.
“Mulai Januari 2016 para peraih medali itu akan mendapat penghargaan tiap bulan, jadi perencanaannya begini, kalau yang emas itu kan total Rp 240 juta per tahun, terus kalau yang meraih medali perak itu total Rp 180 juta per tahun, terus yang meraih perunggu itu Rp 120 juta per tahun. Kita akan berikan uang tersebut setiap bulan,” Gatot menambahkan.
Gatot memerinci untuk peraih medali emas akan memperoleh Rp 20 juta per bulan, medali perak Rp 15 juta per bulan, dan perunggu Rp 10 juta per bulan.
Kemenpora akan mengawali pemberian tunjangan bagi atlet tersebut tidak dalam waktu dekat, namun pada Januari 2016 mendatang karena saat ini menunggu dana yang turun.
“Ini buktinya kami akan berikan perhatian lebih kepada olimpian,” Gatot menambahkan.
Editor : Bayu Probo
Rusia Tembakkan Rudal Balistik Antarbenua, Menyerang Ukraina
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Rusia meluncurkan rudal balistik antarbenua saat menyerang Ukraina pada hari K...