Sutent Berpotensi Obati Kanker Ginjal
AMERIKA SERIKAT, SATUHARAPAN.COM – Ketika Shaun Tierney didiagnosis mengidap kanker ganas pada ginjalnya tahun 2007, dia merasa masa depannya suram.
Dua belas tahun kemudian, pria berusia 64 tahun itu masih aktif menjalani kehidupan sehari-hari, dan bahkan ikut maraton untuk mendukung penelitian kanker, suatu hasil yang memungkinkan karena penelitian yang tahun ini dianugerahi penghargaan Nobel dalam bidang kedokteran.
Kasus Tierney itu, merupakan sebuah gambaran yang menjelaskan bagaimana penelitian ilmiah yang tampaknya hanya dipahami oleh sedikit orang menunjukkan perubahan dari laboratorium menuju dunia nyata suatu rangkaian upaya yang dapat menyelamatkan nyawa.
“Saya merasa tertarik,” kata dokter yang menangani Tierney, ahli onkologi, Toni Choueiri, yang bekerja di Dana-Farber Cancer Institute di Boston, dan juga profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Harvard, seperti dilansir voaindonesia.com, pada Selasa (3/12).
“Kita bukan sedang berupaya untuk menyembuhkan setiap orang. Tentu saja tidak. Tapi hal ini mencengangkan, mulai dari suatu penyakit yang tadinya dianggap sebagai hukuman mati, seperti diberitahu ‘Lakukan pekerjaanmu, persiapkan surat wasiat Anda dan lain sebagainya,’ hingga orang-orang yang hidup bertahun-tahun,” kata Toni Choueiri.
Warga Amerika, William Kaelin dan Gregg Semenza dan juga seorang warga Inggris, Peter Ratcliffe, pada Oktober 2019 mendapat penghargaan Nobel, atas penelitian mereka tentang bagaimana sel-sel tubuh manusia mampu mendeteksi dan beradaptasi dengan oksigen.
Penelitian mereka dimulai pada awal 1990-an, dan beberapa aplikasi terapi pertama dari penelitian itu, muncul pada pertengahan tahun 2000-an.
Tierney, yang pernah menjadi seorang insinyur bidang desain, sedang menikmati kebersamaan dengan istrinya karena anak-anak mereka sudah hidup mandiri, ketika ia didiagnosis menderita karsinoma sel ginjal stadium empat.
Apakah ia bisa berharap dapat bertahan hidup lima tahun? Peluangnya hanya tiga hingga lima persen. Kepada AFP, Tierney mengungkapkan “saya sama sekali putus harapan.”
Tapi hal itu berubah saat mendapatkan "Sutent", salah satu golongan obat baru yang dikenal sebagai angiogenesis inhibitor, yang dapat menghentikan pertumbuhan pembuluh darah baru yang memberi makan sel-sel kanker.
Perkembangan perawatan yang dapat memperpanjang hidup Tierney, merupakan suatu keberhasilan yang langsung dirasakan dari penelitian trio pemenang Nobel itu.
Kaelin yang bekerja di laboratorium Dana-Farber sekaligus mengajar di Universitas Harvard, pertama kali mempelajari pengindraan oksigen karena ia mengamati suatu kondisi langka turunan yang disebut penyakit Von Hippel-Lindau (VHL).
Penyakit itu mengakibatkan tumbuhnya tumor dari medium perantaranya, seperti kanker ginjal, yang memproduksi tanda bahaya berlebihan ketika terjadi kekurangan oksigen. Salah satunya dikenal sebagai VEGF (vascular endothelial growth factor), yang merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru yang menyebarkan kanker.
Sekarang Sutent merupakan salah satu dari beberapa inhibitor VEGF atau zat yang disetujui untuk mengobati kanker.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...