Swedia Protes Iran atas Hukuman Mati Profesor Ahmadreza Djalali
STOCKHOLM, SATUHARAPAN.COM-Menteri Luar Negeri Swedia, Ann Linde, mengatakan pada hari Selasa (24/11) bahwa dia telah berbicara dengan mitranya dari Iran untuk secara resmi menolak rencana eksekusiterhadap seorang profesor Iran-Swedia yang dijatuhi hukuman mati atas tuduhan mata-mata.
Linde, yang mengumumkan panggilan itu di Twitter, mengatakan dia telah menghubungi Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, menyusul laporan bahwa Iran sedang bersiap untuk melakukan eksekusi terhadap Ahmadreza Djalali, seorang dokter spesialis dalam pengobatan darurat.
"Swedia mencela hukuman mati dan berupaya agar hukuman terhadap Djalali tidak dilaksanakan," tulis Linde di Twitter.
Djalali, sebelumnya berbasis di Stockholm di mana dia bekerja di Institut Karolinska, sebuah universitas kedokteran. Dia ditangkap saat berkunjung ke Iran pada April 2016.
Dia kemudian dinyatakan bersalah karena memberikan informasi tentang dua ilmuwan nuklir Iran ke badan intelijen Israel, Mossad, yang menyebabkan pembunuhan mereka.
Saat dipenjara, dia diberikan kewarganegaraan Swedia pada Februari 2018, hanya beberapa bulan setelah hukuman matinya dikonfirmasi oleh Mahkamah Agung Iran.
Djalali mengklaim dia dihukum karena menolak memata-matai Iran saat bekerja di Eropa. Pengacaranya juga mengklaim bahwa mereka diblokir untuk mengajukan keberatan sebelum sidang Mahkamah Agung.
Kecaman Internasional
Istri akademisi yang dipenjara mengatakan kepada kantor berita TT pada hari Selasa bahwa suaminya telah memberi tahu dia bahwa dia akan dipindahkan ke penjara lain di mana dia akan menunggu hukumannya dalam isolasi, yang menunjukkan eksekusi akan segera dilakukan.
Barbro Elm, juru bicara Kementerian Luar Negeri Swedia, mengatakan bahwa mereka mengetahui laporan tentang eksekusi hukuman mati yang akan dilakukan. "Kami mencoba untuk mengklarifikasi laporan tersebut dan terus mengangkat masalah ini dengan perwakilan otoritas Iran," kata Elm.
Hukuman mati terhadap Djalali telah dikecam secara luas oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia dan oleh para ahli hak asasi PBB. Amnesty International mengulangi seruannya agar Djalali dibebaskan pada hari Selasa.
"Kami menyerukan kepada anggota komunitas internasional untuk segera turun tangan, termasuk melalui kedutaan mereka di Teheran, untuk menyelamatkan nyawa Ahmadreza Djalali sebelum terlambat," kata Diana Eltahawy, Wakil Direktur Amnesty untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, dalam sebuah pernyataan. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...