Syukuri Hidup
"There are two tragedies in life. One is not to get your heart's desire. The other is to get it". (George B. Shaw)
SATUHARAPAN.COM - Hidup manusia penuh amat kaya, penuh dinamika, diwarnai berbagai perubahan baik oleh karena faktor internal maupun faktor eksternal, dindera turbulensi namun hidup adalah ruang pembelajaran yang komplet. Semua berubah, semua mengalir kata Heraclitos.
Manusia menghidupi arus serta pusaran perubahan itu tanpa bisa bernegoisasi lagi. Jika tak mau berubah, akan tergerus oleh perubahan itu dan selesailah semuanya. Hidup harus dinikmati dan disyukuri sebagai anugerah Allah jangan diratapi dan disesali.
Manusia mengalami perubahan dan pertumbuhan internal karena peran signifikan dari ayah ibu kita dan atau keluarga besar disekitar kita. Pendidikan etik dan karakter dilakukan oleh orangtua kita secara simultan melalui ungkapan lisan dan keteladanan dimasa kita kanak-kanak.
Bayi-bayi para artis di zaman ini seperti sering dipertontonkandi teve baru seminggu sudah masuk " sekolah berenang"; pakaian bayi-bayi itu juga bukan produk Tanah Abang, para artis membelinya di Turki, Dubai atau Prancis.
Di zaman baheula Tak ada ambivalensi antara yang verbal-tekstual dengan yang praksis-operasional. Kedua aspek itu solid menyatu raga, dan disitulah keunggulan pola pendidikan yang dilaksanakan orang tua kita di zaman nir digital.
Perubahan eksternal dialami manusia melalui proses pembelajaran di lembaga pendidikan, lembaga keagamaan juga melalui proses interaksi dengan masyarakat. Dalam konteks kehidupan umat manusia, pendidikan dan agama adalah dua elemen dasar yang amat penting dan strayegis. Dengan dua elemen fundamental itu manusia mendapat pembekalan yang memadai untuk menjalani kehidupan dengan berbagai persoalan didalamnya.
Kita amat maklum bahwa kehidupan manusia tidak selalu indah, juga tidak selalu penuh pergumulan. Kedua suasana itu indah atau buruk mesti dihadapi dengan tawakal, berserah kepada Tuhan, ikhlas, memohon petunjuk dan hikmatNya.
Bisa juga ada tragedi dalam kehidupan kita tatkala orang yang kita cintai meninggalkan kita. Menarik apa yang dinyatakn GB Shaw tentang tragedi yang dialami manusia sebagaimana dikutip diatas, yang bernuansa ganda. Hanya kita yang tahu persis apakah sesuatu yang kita alami dalam hidup itu menimbulkn tragedi bagi kita atau tidak.Ya amat relatif.
Mari berjuang terus menghindarkan atau memperkecil tragedi dalam hidup kita pribadi dan bangsa kita.Tragedi yang buruk dalam kehidupan siapapun dampaknya amat negatif dan menyisakan rasa traumatik yang panjang.
Banyak tragedi buruk dalam sejarah bangsa kita yang sifatnya "kolosal spektakuler" yang berdampak negatif hingga ke keturunan sekian, ada tragedi yang memerlukan terobosan baru dari Komnas Ham dan lain sebagainya.
KIta sebangsa umat beriman wajib menjaga agar dalam hidup berbangsa dan bernegara takada tragedi SARA (yang di goreng) atau tragedi yang berkaitan dengan ideologi negara yang bisa menghancurkan NKRI yang majemuk yang berdasar Pancasila dan UUD NKRI 1945.
Selamat mencipta sejarah baru di abad ini yang diberkati Tuhan. Selamat berjuang. God bless.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...