Loading...
INDONESIA
Penulis: Octavia Putri 11:51 WIB | Rabu, 24 Maret 2021

Tahap Jatuh Cinta dan Alasannya di Balik Jatuh Cinta

Foto: huffpost.com

SATUHARAPAN.COM - Jatuh cinta terasa seperti berbunga-bunga.

Dalam artikel Samuel Louw tahun 2018, ada 3 kimia di otak yang berhubungan dengan jatuh cinta, yaitu: noradrenalin yang merangsang produksi hormon adrenalin menyebabkan jantung berdebar kencang dan telapak tangan berkeringat, hormon dopamine yang membuat merasa nyaman; dan phenylethylamine yang membuat perasaan “kupu-kupu” di perut.

Sementara, menurut Helen Fisher seorang profesor antropologi, ada tiga tahap jatuh cinta. Di setiap tahap, memiliki peranan yang berbeda dan dipengaruhi bahan kimia otak yang berbeda pula. Tahapan ini adalah nafsu (lust), ketertarikan (attraction), dan cinta (love).

Pada tahap pertama yaitu nafsu biasanya terjadi karena rasa suka. Biasanya dari fisik, masih ditahap merayu dan dirayu. Suka karena penampilannya, tatapan matanya, senyumnya, hingga wanginya. Tahap nafsu, fokus pada hormon testosteron pada pria dan estrogen pada wanita. Tidak dipungkiri, terkadang adanya keintiman secara fisik, seperti berpelukan, berciuman, sentuhan secara seksual, hingga hubungan seksual.

Tahap kedua adalah ketertarikan dimana mulai terobsesi dengan orang tersayang dan mendambakan kehadirannya. Hormon yang berperan norepinefrin, dopamin, dan serotonin. Tahap ini bukan cinta, tetapi lebih ke arah pembentukan “chemistry”, sehingga ingin menghabiskan waktu bersama lebih banyak dengan membahas masa kecil, kesukaan satu sama lain, hingga pengalaman menyenangkan. Ibaratnya, mengenal lebih dalam.

Terakhir, tahap cinta dimana sudah adanya keinginan membuat komitmen yang lebih dalam, ingin tinggal bersama, hingga menikah. Setelah cukup lama menjalin hubungan, dopamin menurun dan ketertarikan turun. Jika semuanya berjalan dengan baik, itu akan digantikan oleh hormon oksitosin dan vasopressin, yang menciptakan keinginan untuk mengikat, berafiliasi, dan mengasuh orang yang dicintai.

Menurut Profesor Melanie Greenberg dalam artikel The Science of Love and Attachment, hormon oksitosin merupakan hormon yang dilepaskan saat orgasme (serta saat melahirkan dan menyusui). Inilah alasan mengapa seks dianggap mendekatkan pasangan dan menjadi "perekat" yang mengikat hubungan. Di sisi lain, hormon oksitosin berperan dalam perilaku yang ‘rasa butuh’, kemelekatan, dan kecemburuan. Dalam tahap ini, sudah ada keinginan untuk berbagi rahasia terdalam, merencanakan dan bermimpi bersama, adanya rasa aman jika bersama, hingga merasa terkoneksi satu sama lain.

Memahami tahap jatuh cinta akan membantu kita untuk mengenal lebih dalam tentang perasaan yang dirasakan, sehingga dapat bersikap realistis saat menjalin hubungan. Setelah mengetahui tahapan jatuh cinta, kita perlu mengetahui alasan dibalik jatuh cinta itu sendiri.

Aron menjelaskan alasan mengapa orang jatuh cinta dalam artikel yang dituliskan oleh Berit Brogaard. Salah satunya karena kesamaan/similarities, bisa kesamaan hobi, cara berpikir, kepribadian, keyakinan, atau prinsip hidup. Kemudian, karakteristik pasangan ideal yang sudah ada dibenak kita. Misalnya penampilan fisik (Mata, suara, cara seseorang memperlakukan orang lain) dan ciri-ciri kepribadian yang diinginkan. Jika karakteristik tersebut sudah ada di orang yang kita sukai, maka dengan mudah kita jatuh cinta. Faktor ketiga adalah perilaku timbal balik, seperti sama-sama suka atau pun sama-sama saling tertarik. Hal ini akan membuat kita semakin menaruh rasa karena saling mengetahui perasaan satu sama lain.

Peranan lingkungan tidak kalah pentingnya di budaya kita. Jadi faktor lainnya yang menentukkan kita jatuh cinta adalah penerimaan sosial, apakah orang yang sedang ‘dekat’ dengan kita diterima di lingkungan, seperti keluarga, pertemanan, mungkin jaringan pekerjaan, atau pun lingkup sosial budaya. Ini akan menjadi pertimbangan kita untuk semakin jatuh cinta kepada orang tersebut. Kelima, adanya faktor pemenuhan kebutuhan. Jika orang yang membuat kita jatuh cinta dapat memenuhi kebutuhan orang tersebut tentang persahabatan, cinta, seks atau perkawinan, ada kemungkinan lebih besar bahwa kita akan jatuh cinta padanya.

Munculnya perasaan ‘aneh’ secara positif akibat reaksi tubuh, seperti munculnya gairah, bahkan lingkungan yang dianggap berbahaya atau menyeramkan membuat kita merasa nyaman jika bersama. Contoh lainnya, sedikit sentuhan mengirimkan sinyal/getaran dalam tubuh, “kupu-kupu” di perut. Kemudian, adanya rasa penasaran tentang orang tersebut dan diri kita mulai bertanya-tanya “Apakah dia memikirkan saya?”, “Apa yang sedang dia lakukan?”, “Seandainya ada dia di sini, bagaimana saya harus bersikap?”, “Bagaimana reaksinya jika saya melakukan hal ini?. Semakin penasaran dengan orang tersebut, semakin kita mencari tahu tentang dia, bukan?

Lebih lanjut, seiring dengan menghabiskan waktu bersama, maka akan meningkatkan rasa jatuh cinta satu sama lain. Bisa dikatakan bisa saling mengenal satu sama lain lebih dalam. Lalu, kesiapan diri untuk menjalin hubungan pun menjadi salah satu faktor untuk jatuh cinta. Apakah kita sudah siap membuka hati? Jika jawabannya iya, maka cinta akan mudah masuk ke hati kita. Adanya syarat dan ketentuan berlaku. Sebelum menjalin hubungan, di benak kita sudah memiliki gambaran tentang suatu hubungan. Ada pun ciri khas tertentu dari orang lain yang dapat memicu ketertarikan yang sangat kuat (misalnya: bagian tubuh atau fitur wajahnya, gaya jalan, gambaran ‘tubuh ideal’ yang kelak akan jadi pasangan kita, kecerdasan, sense of humour). Adanya pedoman ini, dapat membantu kita menentukan apakah kita tertarik/tidak atau mau kenal lebih dalam/tidak dengan orang tersebut.

So, apakah tahapan jatuh cinta ini cocok dengan anda?

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home