Tahun Depan RI Ditargetkan Naikkan Peringkat EODB
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Indonesia tahun depan ditargetkan menaikkan peringkat Kemudahan Menjalankan Usaha atau Investasi (Ease Of Doing Business, EODB). Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Farah Ratnadewi Indriani menargetkan BKPM akan berusaha menaikkan ke peringkat-99 dari posisi ke-114 pada 2015.
“Pemerintah menargetkan minimal peringkat dua digit dalam lima tahun mendatang, kami ingin minimal akhir 2015,” kata Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Farah Ratnadewi Indriani kepada para pewarta setelah Konferensi Pers “Upaya Pemerintah Memperbaiki Ease of Doing Business Indonesia“, di Gedung Ismail Saleh, Kompleks Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jakarta, Selasa (9/6).
Farah menjelaskan Indonesia sempat mengalami kenaikan enam peringkat EODB , akan tetapi menurut beberapa organisasi yang meneliti ekonomi Indonesia seperti World Economic Forum menempatkan Indonesia berada di peringkat ke-34 terbesar dunia, sementara Japan Bank In Corporation (JBIC) justru mengatakan Indonesia berada di peringkat pertama tujuan investasi.
Farah memberi contoh indikator memulai usaha juga terbantu oleh pelayanan terpadu satu pintu (PTSP). Sebut saja PTSP di DKI Jakarta dan Surabaya sudah bisa melayani surat izin usaha perdagangan (SIUP) dan tanda daftar perusahaan (TDP) perusahaan dalam negeri hanya dalam waktu 2-3 hari.
“Sejak PTSP DKI Jakarta beroperasi pada Januari 2015 banyak prosedur perizinan terkait pendirian bagunan yang didelegasikan prosesnya ke PTSP Kota seperti Keterangan Rencana Kota dan Rencana Tata Letak Bangunan, Izin Mendirikan Bangunan, Sertifikat Layak Fungsi, dan Tanda Daftar Gudang,” kata Farah.
"Pemesanan nama perusahaan secara online juga hanya memakan waktu 3 menit, selanjutnya tinggal mengintegrasikan 45 daerah (kabupaten/kota) agar memiliki PTSP sehingga nilai investasi lebih termonitor secara realtime," kata dia.
Laporan Doing Business adalah laporan yang mengukur kemudahan untuk memulai dan menjalankan bisnis di negara tersebut. Negara tetangga yakni Singapura menempati peringkat pertama dan Malaysia masuk dalam peringkat sepuluh besar. Dalam laporannya Bank Dunia juga menyebutkan bahwa regulasi merupakan sebuah realitas dari awal untuk memulai bisnis. Bila aturan kompleks, maka bisa menghabiskan banyak biaya.
Dalam daftar yang dirilis World Bank tersebut, Indonesia berada di ranking 114 dengan skor DTF 59,15. Dengan posisi ini, Indonesia patut bangga karena pada tahun 2013 lalu Indonesia harus cukup puas berada di ranking 120.
Posisi Indonesia itu juga berada di bawah negara-negara yang selama ini kurang terkenal sebagai tujuan investasi, seperti halnya Papua Nugini, Trinidad Tobago, dan negara-negara yang perekonomiannya jauh di bawah Indonesia.
Hal ini menandakan, betapa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan agar ke depan Indonesia bisa lebih ramah bagi investor. Di dalamnya termasuk persoalan infrastruktur, kelistrikan, kepastian harga BBM.
Editor : Eben Ezer Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...