Tak Ada Kata Terlambat untuk Berhenti Merokok Sebelum Operasi
AMERIKA SERIKAT, SATUHARAPAN.COM – Sebuah studi baru menunjukkan, seorang perokok harus berhenti merokok sebelum menjalani operasi paru-paru. Semakin cepat, semakin baik.
Di antara pasien yang akan menjalani operasi kanker paru-paru, orang yang bukan perokok memiliki lebih sedikit komplikasi dibanding yang merokok.
“Bahkan selama empat minggu masa penghentian pra operasi dapat berkontribusi pada pengurangan risiko yang besar,” kata Dr David Lindstorm dari Uppsala Academic Hospital di Swedia, yang tidak terlibat dalam studi baru tersebut.
American Cancer Society (ACS) memperkirakan hampir 230.000 kasus baru kanker paru-paru akan didiagnosis di Amerika pada 2019.
Studi sebelumnya menunjukkan, sekitar sepertiga pasien adalah perokok aktif pada saat diagnosis dan 20 persen pasien adalah perokok aktif pada saat operasi. Hal itu ditulis dalam laporan penelitian Annals of Thoracic Surgery oleh Mariko Fukui dan rekan-rekannya di Sekolah Kedokteran Universitas Juntendo di Tokyo.
Selama 3 bulan operasi berikutnya, sekitar 32 persen dari perokok, memiliki komplikasi pernapasan dibandingkan dengan 22 persen dari perokok sebelumnya, dan 3,5 persen dari yang bukan perokok.
Umumnya, perokok lebih tua memiliki fungsi paru-paru yang lebih buruk, membutuhkan waktu operasi lebih lama, dan kehilangan banyak darah selama operasi.
Semakin lama perokok berhenti, semakin rendah risiko mengalami masalah pascaoperasi.
Tingkat komplikasinya adalah 13 persen untuk perokok saat ini, 10 persen untuk pasien yang berhenti merokok kurang dari sebulan sebelum operasi, 8,5 persen untuk mereka yang berhenti satu hingga 3 bulan sebelum operasi, 6,3 persen bagi yang berhenti 3 sampai 6 bulan, 6 persen untuk 6 hingga setahun, dan 5 persen untuk mantan perokok yang berhenti lebih dari setahun sebelum operasi mereka.
“Hasil operasi paru-paru tidak hanya terkait dengan kelangsungan hidup jangka panjang, tapi juga dengan kualitas hidup, dan reseksi paru-paru serta kanker paru-paru cenderung mengurangi kedua hal itu,” kata Dr Maria Rodriquez Perez dari Clinica Universidad de Navarra di Madrid, Spanyol, Dr Perez meneliti kanker paru-paru dan hasil operasi, namun tak tergabung dalam studi ini.
“Saat ini, kami cenderung melihat pasien secara keseluruhan, tidak hanya berfokus pada patologi yang spesifik saja tetapi pada sistem lain yang berinteraksi dan dapat memiliki efek yang merugikan pada hasil,” katanya pada Reuters Health melalui email, yang dilansir Voaindonesia.com pada Kamis (17/1).
“Penghentian merokok seharusnya, tak dapat dimungkiri, menjadi salah satu pilar program ini.”
Lindstorm menambahkan, “Tak ada kata terlambat untuk berhenti merokok. Bahkan jika riwayat merokok sebelumnya mungkin telah menyebabkan kanker, Anda mungkin masih mendapat manfaat dari penurunan risiko komplikasi bedah dan meningkatkan angka harapan hidup jika Anda berhenti.”
“Segala jenis prosedur bedah yang akan datang adalah saat yang tepat untuk mencoba berhenti merokok,” kata Lindstorm, yang telah mempelajari efek penghentian merokok pada hasil operasi ortopedi.
“Dan ketika Anda memutuskan untuk menghadapinya, ambil semua bantuan yang bisa Anda dapatkan dengan konseling motivasi, situs web, aplikasi dan orang yang profesional.”
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...