Tak Manusiawi Ajari Rakyat Salah demi Menang Pilkada
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kalimat yang jadi judul tulisan ini ialah salah satu kalimat yang dinilai menarik selama Debat Terbuka Pilkada DKI Jakarta, malam ini (13/01). Kalimat tersebut diucapkan oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), cagub dari pasangan calon nomor urut 2, menanggapi kritik pasangan calon nomor urut 1, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Sylviana Murni.
Selain komentar di atas, satuharapan.com mencatat beberapa komentar lain yang menarik dari ketiga paslon sebagai berikut.
Tentang Penggusuran
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY): "Dengan tegas, saya mengatakan, kami akan membangun, menata Jakarta tanpa menggusur. Kenapa? Terbukti penggusuran hanya akan meningkatkan kemiskinan."
Ahok: "Orang hidup di pinggiran sungai, walaupun sudah puluhan tahun, ya salah. Mereka tak usah dihukum, tapi dipindahkan ke tempat yang layak. Saya kira jauh lebih tidak manusiawi mengajari rakyat yang sudah salah, dibenarkan hanya untuk membenarkan pilkada. Ini berbahaya. Kita harus mendidik dalam membantu."
Tentang Bantuan langsung Tunai (BLT)
AHY: "Kalau ada pemimpin yang ingin membantu rakyatnya berdasarkan Konstitusi, membantu rakyat miskin, (lalu) dianggap membodohi, saya pikir itu tidak punya hati."
Ahok: "Kami tak setuju pada Bantuan Langsung Tunai, karena tidak mendidik. Seperti orang tua, yang mendidik yang rajin mendapatkan sesuatu, yang tidak rajin tidak mendapatkan."
Anies: Pasangan satu beri ikan dan pasangan kedua memberi kailnya. Kita sediakan kolamnya. Di sini penting, jika apa artinya ikan dan kail jika kolamnya habis."
Tentang Banjir
Ahok: “Gimana orang mau sekolah, beribadah, kalau tempatnya banjir tiga minggu? Ini juga bangun buat manusia."
Anies:: Lima tahun yang lalu ada janji, kampung deret di pinggir-pinggir sungai. Mana kontrak politik itu? Kami akan melaksanakan janji yang tidak dipenuhi itu.
Tentang Integritas
AHY: "Apalagi ketika harus memimpin Jakarta dengan kompleksitas yang luar biasa, tentu kami ingin sekali mengedepankan keterbukaan, akuntabilitas, transparansi, dan tata kelola pemerintahan yang berintegritas."
Ahok: Ada yang mengatakan tak apa tak santun asal jujur, ada juga yang mengatakan yang penting santun kendati tidak jujur. Namun yang paling ideal tentu berintegritas, dengan intergitas yang baik, dan santun. Beruntung saya berpasangan dengan Pak Djarot.Saya bisa terus belajar untuk lebih santun sebagai pejabat publik."
Anies: "Integritas adalah jujur secara pribadi berpihak pada kepentingan publik. Integritas tidak cukup jujur saja sebab Firaun pun bisa jujur menceritakan keburukannya. Posisi kami tegas, menolak reklamasi."
Editor : Eben E. Siadari
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...