Taliban Akan Menutup Semua LSM Yang Mempekerjakan Perempuan Afghanistan
KABUL, SATUHARAPAN.COM-Taliban mengatakan akan menutup semua kelompok lembaga non pemerintah (LSM) nasional dan asing di Afghanistan yang mempekerjakan perempuan, tindakan keras terbaru terhadap hak-hak perempuan sejak mereka berkuasa pada Agustus 2021.
Pengumuman itu muncul dua tahun setelah mereka meminta LSM (lembaga swadaya masyarakat) untuk menangguhkan pekerjaan perempuan Afghanistan, diduga karena mereka tidak mengenakan jilbab Islam dengan benar.
Dalam surat yang diterbitkan pada Minggu (29/12) malam, Kementerian Ekonomi memperingatkan bahwa kegagalan untuk mematuhi perintah terbaru akan menyebabkan LSM kehilangan izin untuk beroperasi di Afghanistan.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengatakan ruang bagi perempuan di Afghanistan telah menyusut drastis dalam dua tahun terakhir dan menegaskan kembali seruannya kepada Taliban untuk mencabut pembatasan tersebut.
“Ini benar-benar memengaruhi cara kami memberikan bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan nyawa kepada semua orang di Afghanistan,” kata juru bicara asosiasi PBB, Florencia Soto Nino-Martinez. “Dan tentu saja kami sangat prihatin dengan fakta bahwa kita berbicara tentang sebuah negara di mana hak-hak separuh penduduknya ditolak dan hidup dalam kemiskinan, dan banyak dari mereka, bukan hanya perempuan, menghadapi krisis kemanusiaan.”
Kementerian Ekonomi mengatakan bahwa mereka bertanggung jawab atas pendaftaran, koordinasi, kepemimpinan, dan pengawasan semua kegiatan yang dilakukan oleh organisasi nasional dan asing.
Pemerintah sekali lagi memerintahkan penghentian semua pekerjaan perempuan di lembaga-lembaga yang tidak dikendalikan oleh Taliban, menurut surat tersebut.
“Jika tidak ada kerja sama, semua kegiatan lembaga tersebut akan dibatalkan dan izin kegiatan lembaga tersebut, yang diberikan oleh kementerian, juga akan dibatalkan.”
Ini adalah upaya terbaru Taliban untuk mengendalikan atau mengintervensi kegiatan LSM.
Awal bulan ini, Dewan Keamanan PBB mendengar bahwa semakin banyak pekerja kemanusiaan perempuan Afghanistan yang dicegah melakukan pekerjaan mereka meskipun pekerjaan bantuan tetap penting.
Menurut Tom Fletcher, seorang pejabat senior PBB, proporsi organisasi kemanusiaan yang melaporkan bahwa staf perempuan atau laki-laki mereka dihentikan oleh polisi moral Taliban juga meningkat.
Taliban membantah bahwa mereka menghentikan lembaga bantuan untuk melaksanakan pekerjaan mereka atau mengganggu kegiatan mereka.
Mereka telah melarang perempuan dari banyak pekerjaan dan sebagian besar tempat umum, dan juga melarang mereka menempuh pendidikan di atas kelas enam.
Aturan Jendela pada Bangunan
Dalam perkembangan lain, pemimpin Taliban, Hibatullah Akhundzada, telah memerintahkan agar bangunan tidak memiliki jendela yang menghadap ke tempat-tempat di mana seorang perempuan mungkin duduk atau berdiri.
Menurut dekrit empat klausul yang diposting pada X hari Sabtu (28/12) malam, perintah tersebut berlaku untuk bangunan baru maupun yang sudah ada.
Perserikatan Bangsa-bangsa juga menyerukan pembatalan pembatasan ini, kata Soto Nino-Martinez.
Dekrit tersebut mengatakan jendela tidak boleh menghadap atau melihat ke area seperti halaman atau dapur. Jika jendela menghadap ke ruang seperti itu, maka orang yang bertanggung jawab atas properti tersebut harus menemukan cara untuk mengaburkan pandangan ini untuk "menghilangkan bahaya," dengan memasang tembok, pagar, atau kasa.
Kotamadya dan otoritas lainnya harus mengawasi pembangunan gedung baru untuk menghindari pemasangan jendela yang menghadap ke dalam atau di atas properti perumahan, tambah dekrit tersebut.
Juru bicara Kementerian Pembangunan Perkotaan dan Perumahan tidak bisa segera dihubungi untuk dimintai komentar mengenai instruksi Akhundzada. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Harga Emas Antam Rp1,543 Juta per Gram
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Harga emas Antam yang dipantau dari laman Logam Mulia pada Jumat (3/1), k...