Taliban Bunuh Pemain Musik di Pesta Pernikahan
KABUL, SATUHARAPAN.COM-Pejuang Taliban menembak mati dua tamu acara pernikahan yang sedang memainkan musik, kata pejabat lokal dan seorang saksi, hari Sabtu (30/10). Ini memaksa pemerintah baru Afghanistan dikritik bahwa serangan semacam itu tidak seharusnya diizinkan.
Seorang kerabat korban mengatakan pejuang Taliban telah melepaskan tembakan ketika musik sedang dimainkan di sebuah pernikahan di Sorkhrud, di Provinsi Nangarhar, di wilayah timur negara itu, menewaskan dua orang dan melukai dua lainnya.
Musik dilarang terakhir kali ketika Taliban memerintah Afghanistan dan, sementara pemerintah baru belum mengeluarkan dekrit seperti itu, kepemimpinannya masih tidak menyukai penggunaan musik dalam hiburan dan melihatnya sebagai pelanggaran hukum Islam.
“Para pemuda itu memainkan musik di ruang terpisah dan tiga pejuang Taliban datang dan menembaki mereka. Luka-luka dari dua korban cukup parah," katanya kepada wartawan.
Qazi Mullah Adel, juru bicara gubernur Taliban di Nangarhar, membenarkan insiden itu, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut. Seorang sumber keamanan mengatakan, dua pria yang menyerang pernikahan itu kini telah ditahan.
Di Kabul, juru bicara pemerintah Zabihullah Mujahid mengatakan dia tidak bisa mengkonfirmasi insiden itu, tetapi berjanji bahwa itu bukan kebijakan Taliban untuk mengeksekusi pecinta musik.
“Penyelidikan terus dilakukan. Sejauh ini belum jelas bagaimana kejadiannya," katanya. “Apakah ini masalah pribadi atau apa? Di jajaran Imarah Islam tidak ada yang memiliki hak untuk menjauhkan siapa pun dari musik atau apa pun, hanya diizinkan mencoba membujuk mereka. Itu adalah cara utama,” katanya dalam konferensi pers.
"Jika ada yang membunuh seseorang sendirian, bahkan jika mereka adalah personel kami, itu adalah kejahatan dan kami akan membawa mereka ke pengadilan dan mereka akan menghadapi hukum."
Pemerintah Taliban sebelumnya antara tahun 1996 dan 2001 memberlakukan interpretasi yang sangat ketat terhadap hukum Islam dan hukuman publik yang keras.
Namun, sejak kembali berkuasa pada pertengahan Agustus setelah menggulingkan pemerintah dukungan Amerika Serikat, Taliban, yang mencari pengakuan internasional dan mengakhiri sanksi, telah mencoba menunjukkan wajah yang lebih moderat. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...