Taliban Larang Staf Perempuan, Tiga LSM Internasional Akan Keluar dari Afghanistan
KABUL, SATUHARAPAN.COM-Tiga kelompok bantuan asing, termasuk Save the Children, mengumumkan pada hari Minggu bahwa mereka menangguhkan pekerjaan mereka di Afghanistan setelah Taliban memerintahkan semua LSM untuk menghentikan staf perempuan mereka bekerja, kata sebuah pernyataan.
“Kami mendapatkan kejelasan tentang pengumuman ini, kami menangguhkan program kami, namun menuntut agar laki-laki dan perempuan dapat secara setara melanjutkan bantuan penyelamatan nyawa di Afghanistan,” kata Save the Children, Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) dan CARE dalam pernyataan bersama.
Taliban pada hari Sabtu (24/12) mengancam akan menangguhkan izin operasi LSM jika mereka gagal melaksanakan perintah tersebut. Kementerian Ekonomi Taliban, yang mengeluarkan izin ini, mengatakan telah menerima "keluhan serius" bahwa perempuan yang bekerja di LSM tidak mematuhi aturan berpakaian Islami yang pantas.
“Pertemuan Tim Negara Kemanusiaan (HCT) dijadwalkan hari ini untuk berkonsultasi dan membahas bagaimana mengatasi masalah ini,” kata Tapiwa Gomo, petugas informasi publik Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.
HCT terdiri dari pejabat tinggi PBB dan perwakilan dari puluhan LSM Afghanistan dan internasional yang mengoordinasikan distribusi bantuan di seluruh negeri. Pertemuan tersebut akan membahas apakah akan menangguhkan semua pekerjaan bantuan mengikuti arahan terbaru Taliban, kata beberapa pejabat LSM.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengatakan akan meminta penjelasan dari Taliban tentang perintah tersebut, mengutuk arahan kementerian tersebut.
Dikatakan perintah mengecualikan perempuan “secara sistematis dari semua aspek kehidupan publik dan politik membuat negara mundur, membahayakan upaya untuk perdamaian atau stabilitas yang berarti di negara ini.”
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, mengatakan larangan itu akan "menghancurkan" warga Afghanistan karena akan "mengganggu bantuan penting dan menyelamatkan nyawa jutaan orang."
Larangan itu datang pada saat jutaan orang di seluruh negeri bergantung pada bantuan kemanusiaan yang diberikan oleh donor internasional melalui jaringan LSM yang luas.
Krisis ekonomi Afghanistan semakin buruk sejak Taliban merebut kekuasaan pada Agustus tahun lalu, yang menyebabkan AS membekukan miliaran dolar asetnya dan donor asing menghentikan bantuan.
Kementerian itu mengatakan perempuan yang bekerja di LSM tidak mematuhi aturan dan peraturan jilbab dan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan perempuan di organisasi nasional dan internasional.
Masih belum jelas apakah arahan tersebut berdampak pada staf perempuan asing di LSM. Lusinan organisasi bekerja di daerah terpencil Afghanistan dan banyak dari karyawan mereka adalah perempuan, dengan beberapa peringatan larangan staf perempuan akan menghalangi pekerjaan mereka.
Pembatasan terbaru datang kurang dari sepekan setelah otoritas Taliban melarang perempuan kuliah di universitas, memicu kemarahan global dan protes di beberapa kota Afghanistan.
Sejak kembali berkuasa pada Agustus tahun lalu, Taliban telah melarang gadis remaja di sekolah menengah. Perempuan juga telah diusir dari banyak pekerjaan pemerintah, dicegah bepergian tanpa saudara laki-laki dan diperintahkan untuk menutup diri di luar rumah, idealnya dengan burqa. Mereka juga tidak diperbolehkan memasuki taman atau kebun. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...