Taliban Pakistan Batalkan Gencatan Senjata
ISLAMABAD, SATUHARAPAN.COM-Taliban Pakistan telah membatalkan gencatan senjata yang dimediasi dengan bantuan Taliban Afghanistan, menuduh pemerintah melanggar persyaratan gencatan senjata yang disepakati.
Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), sebuah gerakan terpisah yang memiliki sejarah yang sama dengan para pemimpin baru Afghanistan yang disebut juga sebagai Taliban Pakistan, dinilai menjerumuskan negara itu ke dalam periode kekerasan yang mengerikan setelah terbentuk pada tahun 2007.
Tujuh tahun setelah militer menindak gerakan tersebut, Islamabad sedang mencoba untuk memadamkan kembalinya TTP setelah kemenangan para ekstremis garis keras di seberang perbatasan.
Dalam sebuah pernyataan, TTP menuduh pasukan keamanan membunuh beberapa pejuangnya dan melanggar gencatan senjata satu bulan menjelang kesepakatan gencatan sesnjata berakhir pada awal Desember.
"Tidak mungkin untuk memperpanjang gencatan senjata dalam keadaan seperti itu," kata juru bicara TTP. “Sekarang publik Pakistan harus memutuskan siapa yang tidak mematuhi perjanjian.”
Seorang komandan senior TTP yang berbasis di Afghanistan, seorang pejabat pemerintah dan seorang pejabat keamanan sebelumnya secara terpisah mengatakan kepada AFPbahwa kedua belah pihak telah sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata.
Sekitar 100 tahanan telah dibebaskan sebagai bagian dari negosiasi.
"Kami terkejut dengan pernyataan TTP," kata pejabat pemerintah kepada AFP, hari Jumat dari Peshawar, sebuah kota yang dekat dengan daerah suku terpencil di dekat perbatasan Afghanistan di mana TTP aktif.
“Anggota tim perunding kami yakin tentang perpanjangan gencatan senjata.”
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, mengumumkan pada Oktober bahwa pemerintah sedang melakukan pembicaraan dengan TTP untuk pertama kalinya sejak 2014, difasilitasi oleh Taliban Afghanistan, yang telah merebut kekuasaan di seberang perbatasan pada Agustus.
Pembicaraan tersebut telah membuat marah banyak orang di Pakistan, yang mengingat serangan brutal oleh TTP, termasuk di sekolah, hotel, gereja dan pasar, yang menewaskan sekitar 70.000 orang.
Malala Yousafzai, yang kemudian memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian, ditembak oleh TTP ketika dia sebagai siswi di Lembah Swat asalnya. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...