Taliban Tangkap Dua Wartawan Afghanistan
KABUL, SATUHARAPAN.COM-Taliban menangkap dua wartawan Afghanistan yang bekerja untuk saluran berita lokal, menurut laporan kelompok hak asasi manusia, hari Selasa (1/2). Ini terjadi beberapa pekan setelah dua aktivis perempuan hilang.
Sejak merebut kekuasaan pada bulanAgustus, pemerintah garis keras Taliban telah menindak perbedaan pendapat dengan menahan para kritikus dan secara paksa membubarkan protes terhadap rezim mereka.
Beberapa wartawan Afghanistan juga dipukuli saat meliput aksi unjuk rasa yang tidak disetujui oleh pihak berwenang.
Asosiasi Media Afghanistan, sebuah kelompok hak jurnalis yang baru dibentuk, mengatakan wartawan Ariana TV, Waris Hasrat, dan Aslam Hijab dijemput oleh Taliban pada hari Senin (31/1) "dan dibawa ke lokasi yang tidak diketahui."
Tanpa menyebut nama Taliban, seorang pejabat di Ariana TV mengatakan kepada AFP bahwa para wartawan ditangkap oleh orang-orang bersenjata bertopeng di depan kantor media tersebut saat mereka pergi makan siang.
Dia mengatakan para pejabat Taliban “telah meyakinkan kami tentang penyelidikan yang komprehensif.”
Kelompok hak asasi manusia, Amnesty International, menuntut di Twitter agar Taliban "tanpa syarat dan segera melepaskan" dua jurnalis itu.
Seorang juru bicara Taliban mengatakan kepada AFP bahwa dia tidak memiliki informasi tentang jurnalis yang hilang.
Dua pekan yang lalu, dua aktivis perempuan hilang setelah mengambil bagian dalam demonstrasi di Kabul yang menuntut hak-hak perempuan. Taliban telah membantah mengetahui keberadaan mereka dan mengatakan mereka sedang menyelidiki.
Bulan lalu, Taliban menahan seorang dosen universitas terkenal dan kritikus rezim tetapi membebaskannya beberapa hari kemudian setelah kehebohan media di Afghanistan dan luar negeri.
Meskipun menjanjikan untuk kedua kalinya mereka berkuasa akan menampilkan wajah pemerintahan yang lebih lembut, Taliban perlahan-lahan memperkenalkan pembatasan kebebasan, terutama bagi perempuan.
Negara-negara Barat bersikeras bahwa Taliban harus menghormati hak-hak perempuan untuk membuka miliaran dolar aset dan bantuan asing. Penghentian bantuan telah memicu bencana krisis kemanusiaan di negara yang telah hancur oleh perang selama beberapa dekade. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...