Tanpa Obama, Pemimpin Lain Berebut Panggung APEC
NUSA DUA, SATUHARAPAN.COM – Saat beberapa pemimpin negara-negara besar berdiri dalam sorotan Senin (7/10) pada pertemuan puncak ekonomi regional, mereka masih dikalahkan oleh yang tidak hadir. Bahkan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, mengolok-olok dirinya sendiri saat mewakili Presiden Obama, mengatakan ketika ia berjuang merebut kursi presiden satu dekade lalu, ”Peristiwa ini tidak pernah terlintas di pikiran saya.”
Untuk Obama, KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) dimaksudkan untuk menjadi kesempatan untuk menggarisbawahi perhatian kembali AS ke Asia sebagai penyeimbang kekuatan China di bidang ekonomi dan militer yang kini makin meningkat. Tapi, pesan ini dirusak oleh kebuntuan anggaran AS dan shutdown pemerintah federal yang memaksa Obama membatalkan kunjungannya ke Indonesia dan tiga negara lainnya. Ketidakhadirannya itu mungkin paling dirasakan oleh orang Indonesia yang menganggap dia salah satu bagian Indonesia setelah ia menghabiskan sebagian masa kecilnya tumbuh di ibukota, Jakarta.
Presiden Rusia Vladimir Putin, sering bertentangan dengan Obama pada kebijakan luar negeri dan isu-isu lain, bersimpati dengan keadaan presiden AS, menyebut keputusannya untuk tinggal di rumah “dibenarkan”.
“Anda dapat melihat presiden sibuk dengan situasi dalam negeri dari Amerika Serikat,” katanya. “Kalau saya jadi dia, saya tidak akan datang juga. Setiap pemimpin negara akan melakukan hal yang sama.”
Kerry, yang kalah dalam pemilihan presiden 2004, berusaha mengisi kekosongan Obama dengan meyakinkan para pemimpin bisnis bahwa tidak ada yang dapat menggeser komitmen Amerika untuk Asia. Dan, shutdown pemerintah di Washington akan segera berakhir dan dilupakan.
Reformasi Ekonomi untuk Meningkatkan Daya Saing
Pemimpin dari 21 negara dan wilayah APEC, melakukan pertemuan tengah keamanan yang ketat di pulau tropis ini di kawasan timur Indonesia, mendesak bekerja lebih cepat pada reformasi dimaksudkan untuk mendobrak hambatan perdagangan dan meningkatkan daya saing.
Pertemuan tahunan APEC memberi kesempatan kepada masing-masing kepala pemerintahan untuk membicarakan kebijakan untuk mendorong perdagangan dan kerjasama bisnis, sementara juga mengatasi masalah antarnegara di sela-sela pertemuan. APEC tahun ini juga merupakan anugerah tuan rumah Bali, yang telah bekerja untuk membangun kembali industri pariwisata menyusul serangan teroris pada 2002 dan 2005 yang menewaskan lebih dari 200 orang.
Tapi, ada beberapa momen ringan di tengah pertemuan kerja. Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengambil gitar dan merayakan Putin di hari ulang tahun ke-61.
Berbicara kepada para pemimpin bisnis dan politik, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, berusaha meyakinkan negara-negara Asia lainnya—terutama yang menderita kolonisasi dan invasi sebelum dan selama Perang Dunia II—atas upaya Jepang untuk meningkatkan militernya.
“Kami bercita-cita untuk menjadi kontributor pro-aktif untuk stabilitas dan keamanan di dunia sebagai negara yang mengamati norma-norma internasional,” kata Abe.
Ucapan ini juga tampaknya ditujukan pada China, yang melakukan serangkaian povokasi dengan angkatan laut ke perairan dekat pulau yang disengketakan di Laut Cina Timur. Ini membuat marah Jepang. Hubungan antara kedua negara Asia terbesar ini tetap dingin kurangnya tanda untuk berkompromi pada isu pulau tersebut.
Namun, Presiden China Xi Jinping mengatakan negaranya hanya menginginkan perdamaian, dan ia yakin pertumbuhan ekonomi akan tetap kuat meskipun terjadi penurunan baru-baru ini di ekonomi terbesar kedua di dunia ini.
Sementara itu, negara-negara yang terlibat dalam Trans-Pacific Partnership yang dipimpin AS melakukan tawar-menawar atas rencana mereka untuk kawasan perdagangan bebas. Mereka berharap pada akhirnya perdagangan bebas akan mencakup seluruh wilayah.
Kerry mengatakan pakta perdagangan 12 negara akan menghasilkan pertumbuhan dan lapangan kerja dan melepaskan investasi dan kewirausahaan.
Harapan SBY Terhadap APEC
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengharapkan adanya konektivitas antara negara-negara yang tergabung dalam APEC dengan negara-negara lainnya.
"Kita menyadari bahwa konektivitas dengan negara non APEC sangatlah penting dalam mengejar tujuan dan sasaran APEC guna pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta berkeadilan," kata Presiden saat membuka Pertemuan informal antara pemimpin APEC dengan empat perwakilan dari negara-negara Kepulauan Pasifik di Bali, Selasa.
Empat perwakilan tersebut Presiden Kiribati Anote Tong, Perdana Menteri Kepulauan Solomon Gordon Darcy Lio, Menteri Luar Negeri Fiji RatuInoke Kubuabola dan Utusan Khusus Kepulauan Marshall Tom D Kijiner.
Sementara para pemimpin APEC yang hadir di antaranya Perdana Menteri Australia Tony Abbott dana Presiden Korea Sleatan Park Geun-hye. Begitu pula Menteri Luar negeri Peru Eda Rivas dan Menteri Luar negeri Amerika Serikat John Kerry.
Presiden menambahkan selama ini negara-negara APEC dan non-APEC telah bekerja sama terutama dalam menghadapi perubahan iklim dan juga penanganan bencana alam.
Pertemuan infomal ini dilakukan di sela KTT APEC sebelum pertemuan puncak para pemimpin KTT APEC sesi kedua yang digelar pada Selasa (8/10). (ABCnews/Antara)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...