Tantangan Informasi Kesehatan Melalui Internet
SATUHARAPAN.COM – Perkembangan teknologi saat ini membuat masyarakat banyak mencari informasi di internet. Termasuk pelbagai informasi kesehatan.
Apalagi ketika pandemi Covid-19 melanda, semakin banyak yang menggunakan internet untuk mengakses pelbagai informasi kesehatan. Baik itu dengan menggunakan ponsel pintar atau komputer.
Milenial seperti Fauzi mengaku bahwa dia lebih banyak mengandalkan internet untuk mencari informasi. Terutama saat pandemi.
“Seperti dengan menelusuri di Google atau ke portal berita,” kata karyawan swasta ini.
Tidak lupa dia menelusuri informasi kesehatan terkait lainnya. Seperti makanan sehat dan bergizi, sanitasi, dan lingkungan.
Fauzi mengaku dalam penelusurannya juga mendapati hoaks soal kesehatan saat pandemi Covid-19 melanda. Ini didapatinya melalui pesan di aplikasi chat dan unggahan di media sosial.
Kemudian dia menelusuri informasi itu lebih jauh ketika menerima informasi yang meragukan dan dirasa hoaks. “Ketika menerima informasi seperti itu maka saya memeriksa ulang ke internet apakah informasi itu benar atau hoaks.”
Kabar bohong atau hoaks menyangkut kesehatan ini banyak beredar di internet. “Politik dan kesehatan adalah kabar bohong yang paling banyak beredar. Itu tantangan terbesarnya,” kata pengamat media sosial Wicaksono atau yang akrab dikenal Ndoro Kakung kepada satuharapan.com, hari Jumat (26/11).
Selain itu ada misinformasi, disinformasi, dan mitos tentang kesehatan. Mitos kesehatan ini misalnya menggertakkan tulang-tulang akan membuat rematik.
“Itu ‘kan mitos. Karena belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa menggertakkan tulang-tulang akan membuat rematik,” terangnya.
Informasi kesehatan di internet yang diedarkan orang-orang yang tidak memiliki kompetensi dalam ilmu kesehatan merupakan tantangan terbesar saat ini.
Orang perlu literasi digital dalam menghadapi tantangan ini. Yakni dengan kemampuan menelaah informasi, memilah, dan memeriksa sumber informasi dengan baik.
Cara Memeriksa Informasi
Bagaimana cara memeriksa informasi tersebut? Demikian tips pengamat media sosial Wicaksono.
Ketika menerima informasi pertama-tama harus berkepala dingin. Jangan langsung menerima atau menganggap itu sebagai sesuatu yang benar. Harus bisa memastikan.
Kemudian mengenali asal sumber informasi tersebut dari orang yang berkompeten seperti dokter atau ahli kesehatan. Kemudian sumber informasi itu berasal dari media yang memiliki reputasi yang bisa dipercaya.
Selain itu bisa dengan melakukan pembandingan atau perbandingan informasi ke sumber yang lain ketika menerima pesan di aplikasi chat atau unggahan di media sosial.
“Kalau tidak yakin berita itu benar atau valid lebih baik tidak usah diedarkan. Ya sudah berhenti saja di tempat yang bersangkutan,” jelasnya.
Informasi Kesehatan Mengandung Bahasa Yang Rumit
Informasi yang berhubungan dengan sains atau ilmu pengetahuan itu selalu memiliki karakteristik dengan istilah-istilah khusus. Termasuk dalam soal kesehatan.
Penyakit saja memiliki nama ilmiah dan nama umum. Contohnya, kondisi kesehatan yang dipahami umum sebagai masuk angin.
“Ini sebetulnya tantangan untuk menyederhanakan istilah-istilah khusus, ilmiah, akademik, ke dalam bahasa yang lebih dimengerti oleh masyarakat,” urai Wicaksono.
Dulu masyarakat tidak paham istilah protokol kesehatan atau prokes dalam isu pandemi Covid-19. Tetapi setelah sosialisasi terus menerus dengan bahasa yang umum akhirnya masyarakat jadi mengerti.
“Mengubah bahasa ilmiah menjadi bahasa awam itu tantangan terbesar.”
Tantangan lain dalam menyampaikan informasi kesehatan adalah perbedaan pandangan di antara para pakar atau ahli. Juga perlu memperhatikan khalayak atau audiens yang menjadi sasaran komunikasinya sehingga pesan dari informasi kesehatan dapat tersampaikan.
Dalam menyampaikan informasi kesehatan yang perlu ditekankan yakni menjangkau seluruh masyarakat baik itu menggunakan medium daring atau luring.
“Termasuk mereka yang tinggal di daerah terdepan, terluar, tertinggal? Bagaimana menjangkau itu harus dicari cara,” ungkap Wicaksono.
Dia berharap untuk mereka yang berkompetensi dan memiliki otoritas menyampaikan informasi kesehatan itu hendaknya memakai bahasa yang mudah dimengerti masyarakat.
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...