Tari Reog Sambut Syawalan Unik di Yogyakarta
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ratusan warga berkumpul di salah satu lapangan depan balai desa, di Gunungkidul, Yogyakarta. Mayoritas perempuan nampak menggunakan kerudung. Mereka berkerumun membentuk lingkaran menanti pertunjukan.
Beberapa waktu kemudian muncul sekelompok orang berpakaian tari tradisional, telanjang kaki, ada yang membawa pedang, payung, dan kuda anyaman. Pakaiannya menggambarkan replika sandang yang digunakan saat masa kerajaan.
Penari membentuk dua banjar diiringi penabuh gamelan Jawa di belakangnya. Anak-anak turut tepuk tangan dan menari-nari mengikuti ritme gamelan.
Ada yang berbeda dengan syawalan di salah satu desa di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta ini. Bila biasanya syawalan identik dengan tembang-tembang rohani, di Kenteng, Gunungkidul, syawalan justru diisi dengan pertunjukan tari reog.
Kelompok Reog Mega Budaya yang beranggotakan kurang lebih 60 orang termasuk penari dan penabuh gamelan telah berlatih jauh-jauh hari sebelum syawalan sekaligus reuni warga dilaksanakan kemarin, Minggu (19/7).
Kendati telah berbulan-bulan berlatih, kelompok yang telah tampil melanglang-buana hingga ke ibu kota ini masing-masing tampil dengan sukarela, tanpa bayaran. Mereka dengan rentang usia yang berbeda merasa senang menghibur para perantau yang datang dan menganggapnya sebagai ibadah.
Penonton tampak puas. Beberapa bahkan memberi sumbangan sukarela kepada para penari. Beberapa juga terlihat berfoto bersama para penari. Namun demikian, nampaknya esensi syawalan tak lepas begitu saja. Interaksi perantau, warga setempat, dan penari reog mewujudkan syawalan yang hangat dan 'baru'.
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...