Tashoora Rekaman Live untuk Album Terbaru
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bertempat di Panggung Diponegoro Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK), kelompok musik Tashoora menggelar konser dalam program Ruang Pertama Tatap Muka, Selasa (2/10) sore. Ruang Pertama Tatap Muka (RPTM) merupakan acara yang diselenggarakan oleh Kua Etnika Yogyakarta.
Dalam RPTM, Tashoora yang memainkan musik dengan warna progressive rock membawakan lima lagu baru yang direkam secara live dan menjadi materi audio-visual untuk album terbarunya. Lima lagu bertemakan balada yang mengangkat dan menyuarakan tentang fenomena sosial di masyarakat, penindasan-penggusuran, penistaan, kritik-kritik atas kebijakan pembangunan, praktik intoleransi yang masih membayangi kehidupan sebagai sebuah bangsa, hingga masih kurangnya ruang-ruang dialog antar keyakinan (interfaith dialoque).
Bermaterikan musisi-musisi muda, komposisi Tashoora saat ini terdiri dari Dita Permatas (akordion, kibor/vokal), Gusti Arirang (bass gitar/vokal), Danang Joedodarmo (gitar akustik/vokal), Danu Wardhana (biola/vokal), Sasi Kirono (gitar elektrik), serta Mahesa Santoso (drum). Beberapa panggung besar telah dijajal Tashoora sejak berdiri tahun 2016, diantaranya Ngayogjazz 2017, Land of Leisure 2017, ArtJog 2018, serta beberapa waktu lalu di Java Jazz 2018.
Dalam lima lagu Tashoora membuat judul yang cukup menarik pada setiap lagu dengan sebuah kata. Mengawali penampilan dengan lagu berjudul "Tatap" dilanjutkan dengan lagu "Nista".
"Lagu ini ditulis dari peristiwa yang dialami keluarga Hindun dan Robaniah pada Maret 2017 di Jakarta," jelas Danang Joedodarmo tentang lagu Nista.
Karena pilihan politik yang berbeda jenazah Hindun yang meninggal setelah pilkada DKI Jakarta 2017. Kasus jenazah Hindun sempat memanas dan menjadi polemik karena keluarganya menganggap Hindun tidak mendapatkan penangangan disholati di mushola seperti warga lainnya terlebih setelah tahu pilihan politik Hindun dalam Pilkada DKI waktu itu berbeda dengan sebagian besar pengurus mushola.
Pada lagu "Ruang" yang ditulis dari kisah penggusuran pedagang kaki lima di Gondomanan Yogyakarta dan hak pemilikan tanah oleh warga keturunan di Yogyakarta yang masih menjadi perdebatan. Penampilan berikutnya, tensi musik meningkat pada lagu berjudul "Terang" baik dalam hal musikalitas maupun lirik lagu menjadi kritik atas pengejawantahan Pancasila dalam kehidupan berbangsa-bernegara.
"Atas nama santun dan agama, banyak tanya yang terlupa. Kita dari dulu dijejali dengan doktrin Pancasila namun hanya terhenti pada sila pertama. Keadilan sosial, persatuan, peradaban (tidak pernah tersentuh secara nyata). Surgamu yang mana?" kata Gusti Arirang tentang lagu Terang.
Ayat-ayat memaksa merajam manusia. Surgamu yang mana? Lima-lima yang tergesa dalam nama-nama yang kau bela, makna usang dan terulang, nyala takkan hilang dan jadilah terang. Setelah lagu "Terang", Tashoora mengakhiri penampilannya dengan lagu "Sabda".
"Pada penampilan kali ini Tashoora melibatkan penonton secara langsung dalam sebuah pertunjukan dan direkam menjadi materi audio-video yang akan digandakan menjadi album live concert, yang rencananya akan diluncurkan pada akhir tahun ini," jelas Danang Joedodarmo.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...