Tato Titik Koma (;) untuk Dukung Kesehatan Mental
SATUHARAPAN.COM – Jika Anda pernah melihat seorang menato tubuhnya dengan gambar titik koma (;), itu punya arti penting dan tulus. Yaitu, dukungan pada mereka yang bertahan di tengah depresi, kecenderungan akan bunuh diri, kecanduan, dan menyakiti diri sendiri.
Tren tato koma dimulai oleh Project Semicolon, yang menggambarkan dirinya sebagai “gerakan non-profit berbasis iman yang mendedikasikan diri untuk menyajikan harapan dan kasih kepada orang-orang yang berjuang dengan depresi, bunuh diri, kecanduan, dan mencederai diri.”
Arti dari simbol itu sendiri, organisasi ini menulis di situsnya, “Titik koma digunakan ketika seorang penulis bisa saja memilih untuk mengakhiri ‘kalimat’ mereka, tetapi memilih untuk tidak. Sang penulis adalah Anda dan kalimat adalah hidup Anda.” Jadi, tato ini adalah representasi fisik dari kekuatan pribadi dalam menghadapi perjuangan internal.
You are the author and your life is the sentence- Don't let your sentence end; #ProjectSemicolon pic.twitter.com/tuv8bdWYem
— BBLys (@babyvettee) July 7, 2015
My @ProjSemicolon tattoo and all my @alexandani bracelets #projectsemicolon #alexandani #mystoryisntoveryet pic.twitter.com/Hfa5UtHsGC
— Angelica Koch (@angelicakoch10) June 28, 2015
.@ProjSemicolon Got my tattoo this week. #projectsemicolon #mystoryisntover pic.twitter.com/XeFWS8JuWP
— Keri (@KerBear34) July 1, 2015
Another new 1. To support people who struggle with depression, suicide & self harming ð #semicolonproject #awareness pic.twitter.com/frKwkTP1Hc
— Chloe Walker (@clo_karnage) July 3, 2015
Meskipun sebuah organisasi Kristen, Project Semicolon menyatakan bahwa mereka tidak mengecualikan orang-orang yang mengikuti keyakinan atau agama lain. Sang pendiri Amy Bleuel punya tato titik koma untuk menghormati ayahnya, yang kehilangan hidupnya karena bunuh diri ketika Amy berumur 18 ini.
Sekarang, dua tahun setelah gerakan secara resmi dimulai, tato titik koma bermunculan di berbagai tempat.
Dalam sebuah posting blog, Bleuel mengatakan bahwa kematian ayahnya “lebih menyakitkannya dalam hidupnya dibanding apa pun yang pernah dialami.” Mengingat perjuangannya sendiri, ayahnya, dan rasa sakit yang luar biasa sebagai anggota keluarga yang mengambil hidupnya sendiri, Amy mulai memberikan dukungan dan bimbingan kepada orang lain berurusan dengan masalah yang sama.
Gerakan ini cukup berarti untuk Heather Parrie yang membuatnya memasang tato titik koma di lengan, dan menulis di blog tentang perjuangan pribadinya sendiri dengan kesehatan mental.
Dalam tulisan itu, Heather menjelaskan diagnosis "depresi dan kecemasan", yang ia derita dan menggambarkan bahwa ia harus meninggalkan pekerjaan yang dicintainya karena masalah kesehatan mentalnya menghambat kinerja pekerjaannya. Masih berjuang pertempuran ini, tapi terus pada setiap hari, Heather menulis:
Saya akan dengan bangga menunjukkan tato saya. Ini lambang juara bagi orang-orang yang tidak bisa juara untuk diri mereka sendiri. Setiap hari saya mengatakan tidak untuk pikiran gelap depresi mencoba merusak pikiran saya. Saya memenangkan pertempuran di tengah masyarakat yang mempersulit untuk menang. |
Hari ini, gerakan ini terus tumbuh dan mudah-mudahan akan terus meningkatkan kesadaran tentang isu-isu ini. (huffingtonpost.com)
Ikuti berita kami di Facebook
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...