Tawfiq Allawi, Perdana Menteri Baru Irak
Demonstran tolak Allawi yang dituduh bagian dari elite penguasa yang harus disingkirkan
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM-Perdana Menteri Irak yang baru, Mohammed Tawfiq Allawi, meminta dukungan rakyat Irak pada hari Sabtu (1/2) setelah pengangkatannya oleh Presiden Barham Salih. Namun demikian para pemrotes Irak yang sudah menggelar aksi demonstrasi anti pemerintah selama berbulan-bulan menyatakan menolak kepala pemerintahan itu yang disebutnya sebagai antek elite politik.
Allawi dalam pidato resminya di di televisi negara pada Sabtu malam berjanji untuk membangun "negara dengan kebebasan dan keadilan" dan untuk bekerja memenuhi tuntutan pengunjuk rasa untuk lapangan pekerjaan dan layanan publik. Dia berjanji mengakhiri korupsi yang telah melumpuhkan negara dan meluas, terutama oleh dukungan asing dalam kelompok politik dan milisi.
"Saya berjanji untuk melindungi para pengunjuk rasa damai dan membebaskan para tahanan tak berdosa... diperintahkan mengadakan pemilihan awal... dan melindungi Irak dari semua campur tangan asing," katanya, dikutip Reuters.
Dia mengatakan pemilihan akan dipantau oleh pengamat internasional tetapi dia tidak merinci. Dia mengatakan akan mengundurkan diri jika blok politik berusaha untuk memaksakan kandidat dalam pembentukan kabinet, dan meminta pengunjuk rasa untuk terus berdemonstrasi sampai tuntutan mereka dipenuhi.
Menghadapi Kelompok Milisi
Allawi akan bersaing dengan kelompok-kelompok milisi dan partai-partai yang didukung oleh Iran yang telah mendominasi Irak sejak invasi pimpinan Amerika Serikat tahun 2003 yang menggulingkan diktator Saddam Hussein.
Sejak kekalahan ISIS di Irak pada tahun 2017, milisi-milisi itu telah memperoleh kekuasaan yang lebih besar di parlemen dan dalam perekonomian.
Beberapa dari milisi tersebut terlibat, bersama dengan pasukan keamanan, dalam penumpasan terhadap pengunjuk rasa yang memulai protes mereka pada bulan Oktober. Hampir 500 orang tewas dalam kerusuhan itu.
Segera setelah Allawi diangkat, pengunjuk rasa berkumpul di Baghdad dan kota-kota di wilayah selatan, termasuk di lapangan Tahrir, pusat aksi protes di ibu kota Irak, Baghdad.
Bagi para demonstran, Allawi, mantan menteri komunikasi adalah bagian dari elite berkuasa yang tidak dapat diterima.
Dia adalah mantan menteri semasa Perdana Menteri Nuri al-Maliki yang ketika memimpin beberapa kota di Irak jatuh ke tangan Negara Islam (IS atau ISIS) pada tahun 2014. Hal itu terjadi karena korupsi dan pemerintahan yang lemah.
Di Baghdad dan kota-kota selatan, para demonstran yang telah berkemah selama berbulan-bulan menuntut disingkirkannya kelas penguasa Irak. Mereka telah berhasil menggulingkan perdana menteri, dan sekarang sedang keluar meneriakkan pernyataan: "kami menolak Allawi." Demonstran memegang poster bergambar wajah Allawi yang dicoret silang berwarna merah.
Mandat Selenggarakan Pemilihan Awal
Presiden Barham Salih menunjuk Allawi setelah perselisihan dengan anggota parlemen dari partai-partai lawan yang gagal selama dua bulan untuk mengangkat PM pengganti Adel Abdul Mahdi yang mengundurkan diri pada November saat terjadi kerusuhan massal.
Allawi diberi waktu satu bulan untuk membentuk pemerintahan dan akan memimpinnya sampai pemilihan awal diadakan, tanpa ada tanggal yang ditentukan. Mantan menteri komunikasi itu kemungkinan akan terjebak di antara partai-partai yang bersaing untuk mendapatkan jabatan kabinet, memperpanjang kebuntuan politik di Irak.
Dia harus bersaing dengan dua blok saingan terbesar di parlemen, yang dipimpin oleh ulama populis Moqtada al-Sadr, dan yang lainnya yang dibentuk oleh partai-partai yang didukung Iran dengan hubungan dengan kelompok paramiliter yang kuat.
Dilaporkan bahwa beberapa jam sebelum penunjukan Allawi, para pendukung ulama populis Moqtada al-Sadr menyerang para pengunjuk rasa di lapangan Tahrir.
Sadr menyerukan pada hari Jumat untuk melakukan protes massal di Baghdad dan untuk aksi duduk di dekat Zona Hijau yang dijaga ketat untuk memprotes pembentukan pemerintah yang tertunda, tanpa menyebutkan kapan pertemuan itu akan berlangsung.
Sadr kemudian mendukung pengangkatan Allawi, dengan mengatakan ia telah “dipilih oleh rakyat” dan bahwa ini adalah “langkah yang baik” untuk Irak. Sadr mendukung protes dan memihak kelompok politik yang didukung Iran yang mereka tolak.
Partai Dawa Irak, menolak pengangkatan Allawi, dan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa setiap kandidat yang diputuskan pada tahap ini tidak mungkin memiliki dukungan dengan suara bulat.
Irak menghadapi krisis terbesar sejak kekalahan militer ISIS pada tahun 2017. Pemberontakan rakyat Syiah yang sebagian besar di Baghdad dan wilayah selatan menantang negara yang mayoritasnya adalah elite Muslim Syiah yang didukung Iran.
Negara itu terjerumus ke dalam kekacauan lebih lanjut sejak pembunuhan dalang militer Iran Qassem Soleimani dalam serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad pada tanggal 3 Januari. Iran menanggapi dengan serangan rudal terhadap pangkalan militer yang menampung pasukan AS, mendorong kawasan memasuki konflik lebih dalam.
Politisi pro-Iran telah mencoba menggunakan peristiwa-peristiwa itu untuk mengalihkan fokus dari ketidakpuasan rakyat dengan cengkeraman mereka pada kekuasaan dan mendorong unjuk rasa anti-Amerika dan tuntutan untuk penarikan pasukan AS.
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...