Teknologi Digital Jangan Dimanfaatkan Memelihara Kerakusan
BANDUNG, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (Sekum PGI), Gomar Gultom, mengatakan gereja harus terlibat dan memiliki kepedulian agar memberi arahan agar teknologi digital yang ada di tengah masyarakat jangan dimanfaatkan untuk memelihara kerakusan dan egoisme.
Seperti diberitakan pgi.or.id, hari Rabu (28/9), saat menjelaskan tema Konsultasi Nasional (Konas) VII “Gereja dan Komunikasi”, yang dilaksanakan di Gereja Kristen Perjanjian Baru (GKPB) Fajar Pengharapan, Bandung, dia mengatakan gereja harus terlibat dalam empat persoalan besar kebangsaan dewasa ini, yakni kerusakan lingkungan, ketidakadilan, persoalan intoleransi dan kemiskinan.
Menurut dia empat persoalan ini perlu dikaitkan dengan pemanfaatan teknologi digital agar teknologi digital jangan dimanfaatkan memelihara kerakusan dan egoisme.
Konsultasi Nasional (Konas) bertemakan “Allah Mengangkat Kita dari Samudera Raya” yang diangkat dari Sidang Raya XVI PGI di Nias dengan sub tema “Teknologi Digital untuk Keadilan dan Perdamaian”.
Dengan mengacu kepada bencana tsunami di Nias, Sumatera Utara yang menjadi tempat penyelenggaraan Sidang Raya PGI pada 2014. Menurut dia tema ini mengajak umat dan gereja untuk peduli terhadap sesama.
Gomar menekankan tentang pokok persoalan kemiskinan yang dihadapi negeri ini. “Kerakusan adalah inti dari persoalan masyarakat kita,” kata dia. Untuk mengatasi persoalan kerakusan ini, kata dia, spiritualitas keugaharian diajukannya sebagai solusi. Spiritualitas keugaharian setidaknya memiliki tiga dimensi, yaitu keberanian untuk mengatakan cukup, berjuang untuk keadilan dan kesediaan berbagi serta pengendalian diri.
Saat ini gereja-gereja tengah memasuki era digital dan semua informasi di seluruh dunia dapat diakses melalui gawai yang tergenggam di tangan. Telepon pintar dalam berbagai bentuknya sudah berubah, tak lagi sekadar gaya hidup, melainkan sudah menjelma menjadi kebutuhan primer.
Ibadah Pembukaan Konas dipimpin Penatua GKPB yang sekaligus anggota MPH PGI, Bambang H. Wijaya. Dalam refleksinya, Bambang mengatakan pergerakan Gereja harus memperhitungkan konteks modern yang dihadapinya, dalam hal ini era digital yang ditandai perkembangan pesat media sosial. Gereja diajak untuk berbenah merespons konteks kontemporer ini untuk membarui strategi dan metode pelayanannya.
Diskusi hari pertama membahas tema dan subtema Konas VII Gereja dan Komunikasi. Dalam diskusi yang diselenggarakan pada 27-30 September 2016 tersebut, Gomar memberi penjelasan tentang tema Konas yang hampir serupa dengan tema Sidang Raya PGI 2014, yakni “Allah Mengangkat dari Samudera Raya”.
Konas yang dihadiri pegiat/pekerja media dan komunikasi dari berbagai gereja-gereja di tanah air ini menghadirkan dosen STT Jakarta, Martin Sinaga yang membedah subtema Konas dengan mengusung judul “Berteologi dalam Konteks Guttenberg ke Google.”
Dia memaparkan manusia sedang berada dalam kondisi tsunami digital karena saat ini dampak yang paling terasa dari tsunami digital adalah otensitas manusia hilang, dan hal tersebut menjadi penyebab munculnya persoalan-persoalan masyarakat dalam kenyataan sosial, seperti intoleransi, ketidakadilan, dan lain sebagainya.
Dalam konteks inilah, Martin mengajak Gereja untuk berteologi dan menemukan kembali perannya. Ia mengajak gereja-gereja untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Perhelatan ini berlangsung atas kerjasama antara YAKOMA PGI dengan GKPB Fajar Pengharapan, Bandung.
Pergumulan-pergumulan Konas akan berorientasi di seputar bagaimana peran gereja dalam konteks kemajuan teknologi digital, strategi dan pemanfaatan teknologi digital untuk menciptakan keadilan dan perdamaian.
Konsultasi ini berlangsung dengan memanfaatkan beberapa metode, mulai dari eksposure, diskusi kelompok, workshop, dan lain sebagainya. (pgi.or.id)
Editor : Eben E. Siadari
Wapres Lihat Bayi Bernama Gibran di Pengungsian Erupsi Lewot...
FLORES TIMUR, SATUHARAPAN.COM - Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka mengunjungi seorang b...