Tembakau Alternatif Bukan untuk Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (Akvindo) mengingatkan bahwa tembakau alternatif tidak diperuntukkan bagi anak-anak meski produk itu punya profil risiko yang lebih rendah ketimbang tembakau konvensional.
"Tembakau alternatif adalah produk hasil pengembangan inovasi dan teknologi yang paling efektif bagi perokok dewasa yang ingin beralih dari kebiasaannya," kata Ketua Akvindo Paido Siahaan di Jakarta, Selasa (23/4).
Produk tembakau alternatif menerapkan sistem pemanasan dalam penggunaannya dengan suhu yang terkontrol, sehingga hasil dari penggunaan produk tembakau alternatif berupa uap, bukan asap.
Paido mengungkapkan para remaja di sejumlah negara maju, seperti Jepang, Jerman, Denmark, Belanda, Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada minim menggunakan produk tembakau alternatif.
"Produk tembakau alternatif tidak ditujukan bagi mereka yang belum pernah merokok meski cukup umur," ujarnya.
Survei Gaya Hidup Remaja 2021 yang diterbitkan Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang menunjukkan hanya 0,3 persen remaja dan siswa sekolah menengah tingkat atas yang menggunakan produk tembakau alternatif.
Sementara di Inggris, berdasarkan survei Action on Smoking and Health Youth dari King's College London yang dipublikasikan pada September 2022 menyebutkan bahwa penggunaan produk tembakau yang dipanaskan oleh remaja pada rentang usia 11 hingga 18 tahun sebanyak 0,3 persen.
Dari 2.151 remaja berusia 11 hingga 18 tahun di Inggris sebanyak 0,9 persen pernah mencoba, namun tidak lagi menggunakan produk tembakau yang dipanaskan dan 0,3 persen melaporkan pernah memakai produk tersebut.
Di Belanda, National Institute for Public Health and the Environment pada 2020 melaporkan penggunaan produk tembakau yang dipanaskan secara harian pada remaja usia 13-17 tahun sebesar 0 persen. Sementara remaja pada rentang usia yang sama dan pernah menggunakan produk tembakau alternatif sekitar 0,95 persen.
Negara Eropa lainnya, Jerman, melaporkan penggunaan produk tembakau yang dipanaskan pada remaja usia 12-17 tahun yakni sekitar 0,3 persen. Hasil itu berdasarkan temuan Survei Germany's Alcohol Survey yang dipublikasikan tahun 2021.
Rendahnya penggunaan produk tembakau yang dipanaskan oleh remaja juga ditunjukkan dengan hasil studi bertajuk Use of Tobacco and Nicotine Products among Young People in Denmark pada 2022 yang dilakukan Institut Kesehatan Masyarakat Nasional Denmark.
Studi itu mengumpulkan tanggapan dari 13.315 anak berusia 15-17 tahun antara Februari dan Maret 2020 dengan hasil tidak lebih dari 1,1 persen dari anak berusia 15-17 tahun pernah mencoba produk tembakau yang dipanaskan.
Sementara itu di Amerika Serikat, survei National Youth Tobacco Survey tahun 2023 yang dianalisis Badan Pengawas Obat dan Makanan serta Pusat Pengendalian Pencegahan Penyakit melaporkan penggunaan produk tembakau yang dipanaskan di kalangan siswa sekolah menengah sebanyak 0,8 persen.
Adapun Kanada juga melaporkan rendahnya penggunaan produk tersebut di kalangan remaja usia 16-19 tahun yakni 1 persen. Hal itu dibuktikan lewat Survei School of Public Health and Health Systems in Ontario pada 2019.
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...