Tembakau, dari Rokok untuk Bahan Bakar Masa Depan
VIRGINIA, SATUHARAPAN.COM - Hampir sejak awal masa koloninya, Virginia adalah negara bagian di Amerika Serikat penghasil tembakau, dan meskipun penjualan rokok turun, Virginia masih tetap negara bagian penghasil tembakau terbesar.
Menurut Julian Bobe dari perusahaan Tyton Bio Energy Systems, ada kegunaan lain tembakau, contohnya untuk membuat etanol.
Bobe mengatakan, "Di Amerika, kita menghasilkan sekitar 52,5 miliar liter etanol sebagian besar dihasilkan dari jagung."
Tyton Bio Energy mulai membuat etanol dari tembakau.
"Dengan jagung kita bisa mendapat lebih dari 1.050 liter, tapi kalau menggunakan tembakau, kita bisa memperoleh 3.500 per 0,4 hektare," kata Bobe seperti dikutip dari voaindonesia.com.
Bobe menunjukkan, tembakau bukan tanaman pangan dan seluruh bagian tanaman tembakau bisa dimanfaatkan.
"Jika dibandingkan dengan penggunaan tembakau sebelumnya hanya daunnya yang digunakan," katanya.
Bobe memperkirakan tembakau pada akhirnya bisa bersaing dengan jagung. "Tujuan kami adalah gula dari tembakau langsung dimasukkan ke tangki fermentasi setiap pabrik etanol di Amerika," katanya.
Tyton tidak lama lagi akan membuat etanol dari tembakau di North Carolina.
Sementara itu, pembuat pesawat, maskapai penerbangan dan perusahaan biofuel, bekerja sama untuk membuat bahan bakar dari minyak biji tanaman tembakau.
Perusahaan Boeing, South African Airways, dan SkyNRG, menggunakan tanaman tembakau baru yang dikenal sebagai "Solaris". Perusahaan biofuel Belanda Sky NRG mengembangkan tanaman ini, yang memiliki kandungan nikotin yang rendah dibandingkan tembakau tradisional.
Julie Felgar yang bekerja di bidang lingkungan untuk Boeing, mengatakan pabrik juga memiliki lebih banyak bibit dari tanaman tembakau tradisional. Dia mengatakan hanya minyak dari biji yang akan digunakan untuk membuat biofuel. Namun, para peneliti mencoba untuk mengembangkan cara untuk menggunakan seluruh tanaman untuk membuat bahan bakar, demikian dikutip dari voanews.com
Ian Cruickshank yang bekerja di bidang spesialis lingkungan untuk South African Airways Group, mengatakan tembakau khusus memungkinkan pertumbuhan tanaman biofuel jadi berharga, tanpa mendukung untuk rokok.
Perusahaan mengharapkan biofuel dari biji tembakau diproduksi dalam beberapa tahun ke depan. Boeing mengatakan uji cocok tanam tengah berlangsung di Afrika Selatan sekarang, dan melibatkan pertanian kecil dan besar.
Ada dua alasan utama perusahaan untuk mengembangkan biofuel. Yang pertama perkembangan harga avtur yang tinggi selama sepuluh tahun terakhir. Hal ini membuat maskapai penerbangan menghadapi masa sulit, mengingat bahan bakar merupakan 35 sampai 40 persen dari biaya operasional maskapai.
Kedua, penerbangan ingin mengurangi jumlah karbon dioksida yang dikeluarkan ke udara. Gas tersebut terkait dengan kenaikan suhu atmosfer. The International Air Transport Association yang merupakan kelompok perdagangan yang mewakili 240 penerbangan, mengatakan industri penerbangan bertanggung jawab atas pelepasan karbon buatan manusia melepaskan karbon.
Boeing mengatakan biofuel dapat mengurangi melepaskan karbon dari pesawat sebesar 50 sampai 80 persen. Perusahaan itu mengatakan pada tahun 2016 ingin memenuhi permintaan biofuel untuk satu persen dari bahan bakar pesawat di seluruh dunia..
Tembakau tidak akan memenuhi banyak permintaan bahan bakar. Tapi, para ahli percaya ini akan membantu untuk meningkatkan penggunaan biofuel di industri. Saat ini, biofuel yang digunakan pada penerbangan masih berjumlah sangat kecil.
Berbagai wilayah dunia dapat memberikan cara yang berbeda untuk membuat biofuel. Sebagai contoh, di Uni Emirat Arab, Boeing sedang menjajaki kemungkinan memproduksi biofuel dari tanaman gurun yang disebut halohytic. Boeing mengatakan Brasil telah menghasilkan biofuel yang terbuat dari tebu. Lemak ayam juga merupakan sumber lain untuk biofuel.
.
Editor : Sotyati
Joe Biden Angkat Isu Sandera AS di Gaza Selama Pertemuan Den...
WASHIGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengangkat isu sandera Amerika ya...