Tentara Israel Desak Warga Sipil Gaza Mengungsi dari Zona Pertempuran

JALUR GAZA, SATUHARAPAN.COM-Tentara Israel pada hari Rabu (19/3) mendesak warga Gaza untuk mengungsi dari apa yang disebutnya "daerah pertempuran" di utara dan selatan wilayah Palestina, setelah melanjutkan serangan udara menyusul kegagalan gencatan senjata.
Dalam sebuah posting di X, juru bicara militer, Avichay Adraee, memperingatkan orang-orang di Beit Hanun, Khirbet Khuza'a, dan Abasan al-Jadida bahwa "daerah-daerah ini adalah zona pertempuran yang berbahaya" dan mereka harus pindah ke tempat perlindungan di Kota Gaza bagian barat dan Khan Younis demi keselamatan mereka sendiri.
Sementara itu, badan pertahanan sipil Gaza mengatakan pada hari Rabu bahwa 13 orang tewas dalam serangan udara Israel di wilayah Palestina sejak tengah malam.
Israel "melakukan beberapa serangan udara... yang mengakibatkan kematian 13 orang dan melukai puluhan orang, termasuk perempuan dan anak-anak, di Khan Younis dan Kota Gaza", Mahmud Bassal, juru bicara badan tersebut, mengatakan kepada AFP.
Tentara Israel pada hari Rabu (19/3) mengklaim telah menyerang situs militer Hamas di Gaza utara pada malam hari.
Pintu Negosiasi Tetap Terbuka
Hamas tidak menutup pintu untuk negosiasi, kata seorang pejabat dari kelompok Palestina pada Rabu, setelah Israel melancarkan pemboman paling intens di Gaza sejak gencatan senjata 19 Januari.
“Hamas tidak menutup pintu negosiasi, tetapi kami bersikeras tidak perlu ada perjanjian baru,” kata Taher al-Nunu kepada AFP melalui telepon dari Kairo, yang juga menyerukan agar Israel dipaksa untuk melaksanakan gencatan senjata.
“Tidak perlu ada perjanjian baru mengingat perjanjian yang ada saat ini yang ditandatangani oleh semua pihak,” imbuhnya.
Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang dirancang di bawah pemerintahan mantan presiden Amerika Serikat, Joe Biden, fase kedua gencatan senjata seharusnya dimulai pada awal Maret.
Kesepakatan tersebut menetapkan bahwa pasukan Israel harus mundur dari Gaza dan gencatan senjata yang lebih lama harus berlaku selama fase kedua.
“Kami tidak memiliki syarat, tetapi kami menuntut agar pendudukan dipaksa untuk segera menghentikan agresi dan perang pemusnahannya, dan memulai fase kedua negosiasi,” kata Nunu.
Ia meminta masyarakat internasional untuk “mengambil tindakan segera” untuk mengakhiri perang, sambil menuduh Israel “melanggar perjanjian gencatan senjata yang ditandatanganinya.”
Bertekad untuk memaksa Hamas menyetujui pembebasan lebih banyak sandera, Israel pada hari Selasa (18/3) melancarkan gelombang serangan udara terbesar dan paling mematikan sejak gencatan senjata mulai berlaku.
Perjanjian gencatan senjata yang ditengahi oleh Qatar, Amerika Serikat, dan Mesir mulai berlaku lebih dari 15 bulan setelah perang yang dipicu oleh serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober 2023.
Menurut kementerian kesehatan di Gaza, serangan Israel pada hari Selasa menewaskan lebih dari 400 orang, menjadikannya salah satu hari paling mematikan di Gaza sepanjang perang.
Pada hari Rabu, badan pertahanan sipil Gaza mengatakan 13 orang telah tewas dalam serangan baru Israel di wilayah tersebut sejak tengah malam. (AFP)
Editor : Sabar Subekti

Panggil Menko Airlangga, Presiden Bahas Perkembangan Ekonomi...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Presiden Prabowo Subianto memanggil Menteri Koordinator Bidang Perekonomian...