Tentara Israel Minta Warga Gaza Mengungsi dari Sebagian Kota Rafah

JALUR GAZA, SATUHARAPAN.COM-Militer Israel pada hari Minggu (23/3) mendesak warga kota Rafah di Gaza selatan untuk mengungsi saat pasukan melancarkan serangan terhadap militan di daerah tersebut.
Hamas juga mengatakan seorang pejabat senior Hamas tewas dalam serangan Israel.
Dalam sebuah pernyataan di X, juru bicara militer, Avichay Adraee, mengatakan tentara "melancarkan serangan untuk menyerang organisasi teroris" di distrik Tal al-Sultan, Rafah.
Adraee meminta warga Palestina di sana untuk meninggalkan "zona pertempuran berbahaya" dan bergerak lebih jauh ke utara.
Selebaran yang memuat pesan yang sama dijatuhkan di atas Tal al-Sultan oleh pesawat nirawak, kata koresponden AFP.
Sebelumnya, serangan Israel terhadap perkemahan tenda di Al-Mawasi, di wilayah Khan Younis di Gaza selatan, menewaskan pejabat senior Hamas, Salah al-Bardawil, dan istrinya, kata gerakan Islamis itu dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu (23/3).
Bardawil, seorang tokoh Hamas yang terkenal, adalah anggota biro politik gerakan itu dan Dewan Legislatif Palestina -- parlemen Otoritas Palestina yang belum pernah bersidang sejak 2007.
Militer Israel juga mengumumkan pada hari Minggu bahwa mereka sedang melakukan operasi di Beit Hanun, di utara Jalur Gaza. "Selama operasi itu, jet tempur menyerang beberapa target Hamas," kata militer dalam sebuah pernyataan.
Israel, yang bersumpah untuk menghancurkan kelompok militan Palestina, Hamas, pada hari Selasa (18/3) melanjutkan pemboman hebat di Gaza dan mengerahkan kembali pasukan darat, menghancurkan gencatan senjata yang sebagian besar telah berlangsung sejak 19 Januari.
Sebelum serangan barunya, Israel pada awal Maret memblokir masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza yang dilanda perang dan memutus pasokan listrik, dalam upaya untuk memaksa Hamas menerima persyaratan Israel untuk perpanjangan gencatan senjata dan membebaskan 58 sandera yang masih ditawan oleh militan Palestina sejak serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang.
Listrik yang dipasok oleh Israel telah mengalirkan air ke pabrik desalinasi air utama Gaza, dan keputusan untuk memutus aliran listrik telah memperburuk kondisi yang sudah mengerikan bagi 2,4 juta penduduk Gaza.
Rafah, di perbatasan Jalur Gaza dengan Mesir, telah menjadi sasaran serangan besar Israel sekitar setahun yang lalu.
Pemukiman Yahudi di Tepi Barat
Kabinet keamanan Israel menyetujui rencana untuk memisahkan 13 permukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki Israel dari komunitas tetangga mereka, kata Menteri Keuangan, Bezalel Smotrich, pada hari Minggu.
Permukiman tersebut pada akhirnya akan diakui sebagai permukiman independen, ia memposting di X tentang langkah tersebut, yang mengikuti persetujuan puluhan ribu unit perumahan di seluruh Tepi Barat.
“Kami terus memimpin revolusi normalisasi dan regulasi di permukiman. Alih-alih bersembunyi dan meminta maaf – kami mengibarkan bendera, membangun, dan bermukim. Ini adalah langkah penting lainnya di jalan menuju kedaulatan yang sebenarnya di Yudea dan Samaria,” kata Smotrich, menggunakan istilah Israel untuk Tepi Barat.
Penentangan Israel terhadap penyerahan kendali atas Tepi Barat telah diperdalam oleh ketakutannya akan terulangnya serangan 7 Oktober 2023 oleh militan yang dipimpin Hamas. Militernya mengatakan sedang melakukan operasi kontra-terorisme di Tepi Barat dan menargetkan tersangka militan.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengkritik persetujuan pemisahan lingkungan dan pengakuan mereka sebagai permukiman independen karena mengabaikan legitimasi dan resolusi internasional.
Hamas, kelompok militan Palestina yang memerintah Gaza, mengutuk tindakan di Tepi Barat, menggambarkannya sebagai "upaya putus asa untuk memaksakan kenyataan di lapangan dan mengonsolidasikan pendudukan kolonial di tanah Palestina."
Sekitar 700.000 pemukim Israel tinggal di antara 2,7 juta warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem timur, tanah yang direbut Israel pada tahun 1967 selama perang enam hari. Sebagian besar negara menganggap permukiman Israel di wilayah yang direbut dalam perang itu ilegal. Israel membantah hal ini, dengan mengutip hubungan historis dan alkitabiah dengan tanah tersebut.
Politisi pro pemukim Israel menjadi berani dengan kembalinya Presiden Amerika Serikat, Donald, Trump ke Gedung Putih.
Smotrich, kepala partai Zionisme Religius sayap kanan dan mitra utama dalam koalisi pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, selama bertahun-tahun telah menyerukan kedaulatan Israel di Tepi Barat.
Ia mencatat bahwa hingga saat ini ke-13 permukiman tersebut secara resmi dianggap sebagai bagian dari komunitas induknya, dalam beberapa kasus selama beberapa dekade, yang menurutnya menyebabkan kesulitan signifikan dalam pengelolaan harian mereka.
“Mengakui masing-masing permukiman sebagai permukiman independen merupakan langkah penting yang akan sangat membantu dalam kemajuan dan perkembangan mereka,” kata Smotrich. (AFP/Reuters)
Editor : Sabar Subekti

Pemerintahan Trump Tutup Voice of America Digugat, Dinilai T...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Gugatan yang diajukan hari Jumat (21/3) malam menuduh pemerintahan Trump m...