Tentara Suriah Rebut Kembali Benteng Kuno Palmyra
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM - Tentara Suriah pada hari Jumat (25/3) berhasil merebut kembali benteng Palmyria dari ISIS, hampir setahun setelah kelompok ekstremis tersebut menguasai kota kuno itu, ujar seorang narasumber militer seperti dikutip stasiun televisi pemerintah.
“Tentara kami, berkoordinasi dengan milisi pertahanan rakyat, berhasil merebut kembali benteng kuno Palmyra setelah menewaskan sejumlah ekstremis ISIS,” menurut laporan tersebut.
ISIS, yang pendudukannya atas Palmyra menimbulkan kekhawatiran global, berhasil menguasai benteng tersebut pada 23 Mei tahun lalu dan mengibarkan benderanya di benteng itu.
Sejak saat itu ISIS meledakkan sejumlah kuil yang masuk daftar warisan UNESCO dan menjarah artefak berusia ribuan tahun, serta membunuh mantan kepala arkeolog Palmyra, Khaled al-Assaad.
Dibangun pada abad ke-13, benteng itu merupakan monumen penting sejarah Islam di Palmyra.
Tentara dan milisi sekutu rezim Suriah melancarkan serangan besar-besaran terhadap ekstremis ISIS di Kota Palmyra pada hari Jumat (25/3), yang berjarak ratusan meter dari reruntuhan kota kuno tersebut, ujar kepala arkeolog negara itu kepada AFP.
Kota Palmyra, dikenal sebagai “Mutiara Padang Pasir”, yang dikuasai ISIS pada Mei tahun lalu, menimbulkan kekhawatiran global. Sejak saat itu kelompok ekstremis tersebut meledakkan kuil-kuil yang masuk dalam daftar warisan UNESCO dan menjarah artefak berusia ribuan tahun.
“Di sebelah barat daya Palmyra, militer berhasil membebaskan distrik hotel dan restoran serta Valley of the Tombs,” kata Maamoun Abdelkarim.
“Dan di barat, militer berhasil menguasai puncak bukit Syriatel yang menghadap ke benteng Mameluk yang dibangun pada abad ke-13 dan masih dikuasai ISIS,” tambahnya.
Stasiun televisi pemerintah menyiarkan rekaman langsung yang menunjukkan serangan udara terhadap sejumlah posisi dekat benteng tersebut.
“Militer saat ini berada 600 meter dari Temple of Bel, namun pihaknya bergerak secara lambat akibat ranjau dan terutama melindungi kota tersebut, yang merupakan harta bersejarah,” kata Abdelkarim.
Sementara itu, Amerika Serikat mengatakan kemungkinan besar pasukan mereka membunuh beberapa pemimpin senior kelompok militan ISIS pada minggu ini termasuk pejabat keuangannya.
Observatorium Suriah untuk kelompok pengawasan Hak Asasi Manusia, mengatakan pada hari Jumat, bahwa pemimpin ISIS tewas ketika mobilnya ditargetkan dalam serangan di Raqqa pada hari Kamis (23/3) malam.
Meskipun belum mengidentifikasi militan yang tewas tersebut, tapi Menteri Pertahanan AS, Ash Carter mengatakan Amerika Serikat percaya Haji Iman - alias Abd ar-Rahman Mustafa al-Qaduli, seorang pemimpin senior ISIS yang bertanggung jawab atas keuangan kelompok, dan Abu Sarah, telah tewas dalam serangan itu.
“Pasukan khusus AS melaksanakan serangan terhadap Haji Iman,” kata pejabat kepada Reuters. Salah satu pejabat mengatakan rencana mereka hanya untuk menangkap, tidak membunuh Haji Iman, namun helikopter komando kemudian menyerang dari udara.
"Kami secara sistematis menghilangkan kabinet ISIL ini," kata Carter kepada wartawan di Pentagon, menggunakan akronim untuk merujuk ke kelompok itu. (AFP/Reuters)
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...