Teolog Muda Serukan Reformasi Misi Revolusioner
SATUHARAPAN.COM – “Apakah pengertian atau pemahaman kita tentang pemuridan termasuk di dalamnya orang-orang yang di dunia ini kita sebut masyarakat marginal?”
Pertanyaan itu terlontar dari mulut Adi Mariana Waqa, pembicara utama sebuah pleno bertema misi dari masyarakat marginal pada Konferensi tentang Misi dan Penginjilan Dunia (CWME). CWME yang berlangsung di Arusha, Tanzania, berakhir 13 Maret 2018.
Waqa, mahasiswa teologi Katolik Roma dari Fiji, berbicara atas nama “24 murid dari masyarakat adat, yang hadir di konferensi tersebut mewakili negara, masyarakat, atau budaya mereka”.
Waqa menyerukan sebuah reformasi revolusioner misi Kristen. Ia berbagi pemahaman bahwa misi saat ini dan masa depan dijalankan dan dipraktikkan di dan dari wilayah pinggiran.
Ia menunjuk pada menurunnya jumlah gereja di banyak negara dunia maju sebagai dasar pemikiran, sebaliknya, di wilayah pinggiran tumbuh penuh warna, baik keragaman, pertumbuhan spiritual, dialog dinamis mengenai teologi, dan hermeneutika biblikal.
Merefleksikan peran kaum muda dalam kerangka pekerjaan misionaris saat ini di seluruh dunia, ia membuat analogi dengan pelayanan Yesus pada usianya yang muda.
“Dapatkah Anda membayangkan dampaknya terhadap saya sebagai orang muda dari komunitas adat menemukan kenyataan bahwa Yesus hidup sebagai pemuda yang terpinggirkan?”
“Dalam konferensi ini, saya berani mengatakan Yesus pasti akan menjadi 'pemuda' di sini,” Waqa menambahkan.
Pertemuan paripurna itu dimoderatori oleh Uskup Mary Ann Swenson dari United Methodist Church dan wakil moderator Komite Pusat Dewan Gereja Dunia (WCC). Presentasi Waqa itu diikuti oleh kesaksian dari Greenland, Amerika Serikat, Filipina, dan Jerman. (oikoumene.org)
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...