Terapi Jiwa Ala Jepang
Persoalan bisa membentuk kita menjadi manusia yang rendah hati, tidak mengandalkan kepandaian dan kekuatan diri, mau berserah dan menghormati otoritas Sang Pencipta.
SATUHARAPAN.COM – Bagi seorang pengusaha, masalah yang terjadi pada orang lain bisa menjadi peluang bisnis. Di Jepang baru-baru ini muncul layanan terapi kejiwaan yang unik. Mereka menyediakan tempat terapi bagi orang-orang yang merasa tertekan oleh masalah hidupnya. Tempatnya mirip dengan sebuah penjara. Tetapi, anehnya peminat membludak, bahkan harus antre.
Setiap peserta terapi akan menempati sebuah ruangan yang hanya dilengkapi meja kecil, tikar, wastafel dan closet. Bedanya dengan penjara yang sebenarnya ialah pada dinding belakang sel itu terdapat jendela kaca, sehingga penghuninya masih dapat melihat dunia luar.
Peserta diwajibkan memakai seragam layaknya tahanan dan tidak diperbolehkan membawa gadget. Selama seminggu mereka akan tinggal di dalam sel itu tanpa berinteraksi dengan keluarga dan teman. Makanan diberikan sesuai jadwal melalui sebuah lubang pada pintu.
Pada hari terakhir terapi mereka berkumpul dengan peserta lain untuk berbagi pengalaman. Setelah menjalani terapi itu, biasanya peserta mengatakan hati mereka berubah lebih bahagia, dapat bersyukur, dan punya semangat baru untuk melanjutkan hidupnya.
Sulitnya persoalan hidup ini membuat orang mau melakukan apa pun agar masalahnya segera terlepas, termasuk rela membayar mahal untuk hidup tersiksa seperti narapidana. Saya pikir narapidana yang sesungguhnya pun mungkin tak akan mau lagi masuk ke sel tahanan.
Apakah untuk merasa bahagia dan bisa mensyukuri hidup ini kita perlu menjalani penderitaan yang direkayasa seperti itu? Jika kita mau menimbang sejenak, sesungguhnya penderitaan yang diizinkan Tuhan kita alami merupakan terapi paling mujarab. Yang dapat membantu kita untuk mengenali diri sendiri, mengenali orang lain, bahkan mengenal kehendak Tuhan.
Persoalan bisa membentuk kita menjadi manusia yang rendah hati, tidak mengandalkan kepandaian dan kekuatan diri, mau berserah dan menghormati otoritas Sang Pencipta. Sesungguhnya, tiada beban yang terlalu berat jika kita tanggung bersama-Nya.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...