Terapi Magnet Untuk Menstimulasi Otak Penderita Stroke
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Sebuah pengobatan dengan menggunakan media magnet dapat memulihkan kemampuan bicara bagi para penderita stroke. Sebanyak tiga kali kemajuan setelah melakukan terapi bicara dan bahasa jika otak mereka dirangsang dengan menggunakan kumparan magnet.
Teknik non-invasif (suatu pengobatan konservatif yang tidak memerlukan pembedahan atau pengangkatan jaringan lunak) digunakan sementara untuk menutupi fungsi bagian otak yang telah rusak akibat stroke. Stimulasi otak harus dilakukan dalam waktu lima minggu karena gen dapat memulihkan kembali fungsi otak secara aktif sejak melakukan stimulasi awal.
Terapi ini diterapkan untuk para penderita afasia, serta ganguan yang mempengaruhi penderita stroke yang bisa menurunkan kemampuan dalam memahami dan menggunakan bahasa.
Sampai saat ini terapi bicara dan bahasa menjadi satu-satunya bentuk pengobatan bagi penderita stroke afasia, namun para peneliti dari Universitas Montreal masih menggunakan cara ini untuk memulihkan keadaan pasien.
Ada 24 penderita stroke yang terkena afasia, 13 di antaranya diberi waktu 20 menit untuk menerima stimulasi otak dengan menggunakan kumparan magnet genggam. Sebelas di antaranya hanya diberikan pengobatan biasa.
Selama 45 menit setiap pasien melakukan terapi bicara dan bahasa. Hal itu dilakukan berulang-ulang setiap harinya selama 10 hari. Rata-rata setiap pasien yang melakukan stimulasi otak setiap hari dapat memulihkan 20 hingga 30 persen dari keadaan sebelumnya.
Yang paling menarik dari terapi ini adalah kita bisa menggabungkan terapi bicara dan bahasa dengan stimulasi otak non invasif pada awal pemulihannya. Hal ini bisa mempercepat proses pemulihan awal afasia serta lebih efisien dalam hal ekonomi. (telegraph.co.uk)
Editor : Sabar Subekti
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...