Terdapat 13 Anak Dalam Peti Kemas "Penyelundupan Manusia"
TILBURY DOCKS INGGRIS, SATUHARAPAN. COM - Tiga belas anak, umur setahun hingga 12 tahun, termasuk di antara 30 imigran Sikh Afghanistan, yang ditemukan dalam peti kemas di pelabuhan Tilbury Docks, kata Polisi Essex.
Rombongan ini tiba, hari Sabtu (16/8), dengan sebuah kapal barang dari Belgia, dan menurut polisi merupakan korban dari "perdagangan manusia."
Seorang pria ditemukan tewas, dan yang lainnya dibawa ke rumah sakit, untuk mendapat perawatan karena dehidrasi dan kedinginan.
Ke-30 orang itu, termasuk sembilan pria dan delapan perempuan berusia, yang termuda 18 tahun dan yang tertua 72 tahun.
Mereka dibawa ke sebuah pusat penampungan, yang didirikan di dalam bangunan-bangunan terminal di pelabuhan Tilbury Docks.
Polisi mengatakan, orang-orang itu "mengisahkan penderitaan mereka" sebelum dialihkan kepada petugas perbatasan Inggris.
Empat orang lain, yang ditemukan dalam peti kemas, masih dirawat di RS Southend.
Polisi Essex mengatakan, para penumpang gelap itu akan diwawancarai, untuk mengetahui bagaimana mereka bisa berada dalam peti kemas itu.
Polisi juga melancarkan penyelidikan, mengenai kematian salah seorang penumpang gelap itu, yang ditaksir berumur sekitar 40an tahun.
Otopsi sudah dilakukan hari Minggu (17/8), namun menurut polisi, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan penyebab kematian.
Para petugas bekerja sama dengan Interpol, untuk mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi.
Mengerikan
Polisi mengatakan, dari pemeriksaan diketahui, bahwa para penumpang dalam peti kemas itu adalah warga Afghanistan dari kalangan Sikh.
"Kami mendapat bantuan dari masyarakat Sikh di Tilbury, untuk memastikan, bahwa orang-orang malang yang mengalami penderitaan mengerikan itu, mendapat bantuan baik dari segi iman mereka, maupun kebutuhan pakaian."
Semantara, Palang Merah menyediakan makanan dan kebutuhan rombongan.
Pengacara imigrasi Harjap Singh Bhangal mengatakan, kepada BBC bahwa, warga Sikh di Afghanistan telah sejak lama, mengeluhkan pelecehan yang mereka derita.
Dikatakannya, jumlah keluarga Sikh berkurang jauh, dan mereka mengalami penganiayaan verbal maupun fisik.
Karena itu, katanya, "Warga Sikh merasa ditekan, diburu dan meninggalkan Afghanistan untuk menyelamatkan diri menuju negeri-negeri Eropa seperti Jerman, Prancis, dan Inggris."
Menurut Inayatulhaq Yasini, dari BBC pada tahun 1970an warga Sikh di Afghanistan berjumlah sekitar 200.000, sebagian hidup berdampingan dengan warga lainnya di Kabul, Jalalabad dan Kandahar, dan biasanya bergelut di bisnis kain dan pakaian.
Tetapi jumlahnya sekarang diperkirakan kurang dari 5.000 jiwa.
Sesudah invasi Soviet tahun 1980, banyak yang berimigrasi ke India. Tahap kedua imigrasi berlangsung sesudah jatuhnya pemerintah komunis tahun 1992. (bbc.co.uk)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...