Terduga MERS Meninggal di Medan
MEDAN, SATUHARAPAN.COM - Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi/SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan Prof Dr Luhur Soeroso mengatakan pihaknya sempat merawat seorang pasien berinisial KS (54) sebelum meninggal seusai pulang umrah dan mengalami keluhan mirip penderita yang terserang Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-Cov) namun tim dokter belum bisa memastikan karena swap (sampel cairan tenggorokan) tidak diambil karena tidak diizinkan keluarga.
"Pasien diduga terkena virus MERS Cov itu, meninggal dunia di RSUP H Adam Malik Medan, Minggu (4/5) pukul 13.30 WIB, dan sebelumnya korban dirujuk ke rumah sakit pukul 12.00 WIB," katanya di Medan, Selasa (6/4).
Soeroso mengatakan, pasien KS (54) sempat dirawat intensif selama tiga jam lebih di ruangan inveksi.
"Korban KS (54) diduga terkena virus MERS, karena ciri-ciri dari penyakit yang sangat berbahaya itu dimiliki pasien tersebut, yakni merasakan sesak nafas dengan suhu tubuh 38 derajat celcius cukup tinggi dan tekanan darah mencapai 120/80," ucap dokter ahli penyakit paru dan pernapasan.
Sayangnya, pihak rumah sakit tidak dapat memastikan apakah korban menderita MERS atau bukan.
"Tim dokter RSUP H Adam Malik juga tidak diijinkan oleh pihak keluarga korban RS (54) untuk memeriksakan air liur (ludah) pasien untuk dilakukan penelitian di laboratorium, memastikan apakah memang positif penderita virus MERS," kata Soeroso.
Usia 65 Dihimbau Tidak Umrah
Sementara Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Anggito Abimanyu mengimbau jamaah umroh yang masuk kriteria usia 65 tahun, tidak berangkat umroh terkait makin merebaknya penyakit MERS.
Selain itu, kriteria lainnya adalah ibu hamil dan anak usia di bawah 12 tahun, kata Anggito kepada pers di Jakarta, Selasa, yang dihadiri Kepala Pusat Kesehatan Haji dr. Fidiansyah dan para pimpinan asosiasi haji di Tanah Air.
Anggito menyatakan jumlah jamaah umroh sudah mencapai 150 ribu per bulan.
Sementara itu, penjelasan dari World Health Organization (WHO) bahwa perkembangan MERS CoV hingga kini sudah makin serius dan perlu perhatian, sekalipun belum terjadi darurat kesehatan masyarakat.
WHO atau lembaga kesehatan dunia itu tidak menganjurkan penerapan restriksi perjalanan masih dalam status "travel advise". Dan, sampai kini, kata Fidiansyah, tidak ada kasus MERS Cov di Indonesia.
Selain berusia 65 tahun, lanjut Anggito, pihaknya juga mengimbau penderita asmah dengan penyakit kronis, seperti jantung, ginjal dan saluran pernafasan, diabetes untuk tidak ikut berangkat umroh.
Sementara kuota nasional untuk haji khusus tidak ada program percepatan pemberangkatan untuk jamaah usia lanjut. Dalam kaitan ini, Kemenkes juga mengeluarkan "thermal scanner" di berbagai Bandara embarkasi dan debarkasi, termasuk pelabuhan laut bagi mereka yang datang dari Timur Tengah.
Kepada calon jamaah haji reguler, larangan tersebut tidak berlaku. Meski demikian, pihaknya masih harus terus memantau perkembangan di Timur Tengah dan WHO. Sementara dari pihak Kedutaan Saudi di Jakarta, sampai kini belum ada larangan atau pun imbauan untuk haji reguler.
Ia menambahkan kepada para calon jamaah agar tetap menggunakan pola hidup sehat, cukup istirahat, jangan merokok, rajin mencuci tangan dengan sabun, senantiasa menggunakan masker, tutup mulut ketika batuk, tidak mengunjungi peternakan dan tempat pemotongan hewan, menghindari kontak langsung dengan faslitas kesehatan yang sudah terkena MERS CoV. Jika ada infeksi saluran pernafasan, agar segera berobat. (Ant)
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...