Terduga Serangan Teror di Prancis Terkait Gerakan Salafi
PARIS, SATUHARAPAN.COM - Terduga yang ditahan terkait serangan teror pada Jumat (26/6) di sebuah pabrik gas Prancis pernah diselidiki sembilan tahun lalu karena kasus radikalisasi dan terkait gerakan Salafi, ujar Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve.
“Dia pernah diperiksa pada 2006 karena kasus radikalisasi, namun (penyelidikan) itu tidak diperbarui pada 2008. Dia tidak memiliki catatan kriminal,” katanya.
“Individu ini memiliki hubungan dengan gerakan Salafi, namun tidak pernah diidentifikasi sebagai pelaku yang berpartisipasi dalam aktivitas teroris,” tambah menteri tersebut yang bergegas menuju lokasi kejadian di Prancis timur.
Cazeneuve mengidentifikasikan terduga tersebut sebagai Yacine Salhi yang dikenal tinggal di area Lyon, kota terbesar kedua Prancis.
Seorang tewas dan dua korban lainnya terluka di Kota Saint-Quentin-Fallavier, sekitar 40 kilometer dari Lyon. Sebuah kepala korban ditemukan tertancap di gerbang pabrik tersebut.
Presiden Prancis Francois Hollande menyatakan aksi ekstremis radikal itu merupakan “serangan teroris”.
Hollande, yang bergegas kembali ke Prancis dari sebuah konferensi tingkat tinggi (KTT) Uni Eropa (UE) untuk menangani krisis teror itu, menambahkan bahwa terduga yang melancarkan serangan tersebut sudah diidentifikasi dan kemungkinan terdapat penyerang kedua.
“Serangan ini dilakukan dengan sebuah kendaraan yang dikendarai seorang terduga, kemungkinan ditemani terduga lainnya, dengan kecepatan tinggi menabrak bangunan yang berisi sejumlah tabung gas,” kata Hollande dalam konferensi pers.
“Tidak diragukan lagi tujuan penyerang itu untuk menimbulkan ledakan. Itu merupakan serangan teroris.”
Aksi teror itu muncul hampir enam bulan setelah penyerangan ekstremis di dan sekitar Paris yang menewaskan 17 orang pada Januari lalu, dimulai dengan insiden penembakan di kantor tabloid satir Charlie Hebdo. (AFP)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...