Terlalu Banyak Menonton Bisa Perburuk Kemampuan Sosial, Motorik Anak
AMERIKA SERIKAT, SATUHARAPAN.COM – Balita yang terlalu banyak menghabiskan waktu menonton televisi, menggunakan tablet, dan ponsel pintar, mungkin tidak akan lebih terampil dalam menyelesaikan masalah, komunikasi, dan keterampilan lainnya daripada balita yang memiliki sedikit waktu untuk itu, menurut sebuah studi baru.
Seperti diberitakan Reuters, anak-anak dalam penelitian ini menghabiskan rata-rata 17 jam dalam seminggu untuk menonton, ketika mereka berusia 2 tahun, dan 25 jam seminggu pada saat mereka berusia 3 tahun.
Angka-angka tersebut, jauh melebihi batas yang dianjurkan oleh Akademi Pediatri Amerika, untuk memberikan waktu yang cukup bagi anak-anak untuk bermain hal-hal kreatif dan berinteraksi dengan pengasuh juga teman sebayanya.
“Kegiatan menonton biasanya dilakukan duduk tak berpindah-pindah atau pasif, dengan sedikit sekali kesempatan belajar,” kata penulis studi utama Sheri Madigan dari Universitas Calgary dan Institut Penelitian Rumah Sakit Anak Alberta di Kanada, seperti dilansir Voaindonesia.com pada Rabu (30/1).
Sebagian masalahnya adalah otak balita tidak akan cukup berkembang untuk menerapkan hal-hal yang mereka pelajari dari layar dua dimensi ke dalam kehidupan nyata tiga dimensi yang mereka alami, kata Madigan melalui email.
“Jika mereka melihat seseorang membangun balok-balok di layar, itu tidak membantu mereka untuk membangun balok juga di kehidupan nyata,” kata Madigan.
âHilangnya Kesempatan Bermain
Alasan lain mengapa waktu di depan layar dapat memperlambat perkembangan balita adalah karena jam-jam yang berlalu ketika mereka menonton menghilangkan kesempatan mereka untuk menulis dengan krayon atau melakukan permainan yang membantu mereka belajar cara menendang bola atau menunggu giliran bergantian.
“Ini adalah kesempatan kritis pada anak usia dini, karena penguasaan keterampilan diperlukan sebelum perkembangan lebih lanjut terjadi,” kata Madigan. “Anda harus bisa berjalan sebelum berlari, dan kamu harus tahu cara memegang krayon sebelum bisa menulis namamu.”
Dibandingkan dengan balita yang memiliki waktu di depan layar lebih sedikit, anak berusia 2 tahun dengan waktu layar yang berlebihan cenderung memiliki skor yang lebih rendah pada usia 3 tahun, saat menjalani tes perkembangan untuk mengukur komunikasi, keterampilan motorik halus dan kasar, pemecahan masalah dan juga keterampilan sosial.
Pola yang sama terlihat pada anak berusia 3 tahun. Semakin banyak mereka menghabiskan waktu di depan layar, semakin buruk skor mereka pada tes perkembangan ketika mereka mencapai usia 5 tahun.
Untuk studi yang dipublikasikan pada jurnal JAMA Pediatrics, para peneliti melakukan survei pada 2.441 ibu di Kanada tentang seberapa banyak waktu yang dihabiskan anak-anak mereka saat hari biasa dan akhir pekan untuk menonton televisi, film atau video; bermain gim video atau menggunakan komputer, tablet dan perangkat elektronik lain seperti ponsel pintar.
Para ibu juga mengisi kuesioner tentang kemajuan anak-anak dengan berbagai tonggak perkembangan selama masa studi.
Para peneliti juga menguji penyebab kebalikannya, yaitu mereka ingin tahu apakah orang tua memilih untuk memberikan waktu di depan layar lebih banyak kepada balita dengan masalah tumbuh kembang, dibanding balita tanpa masalah tumbuh kembang.
Tapi tampaknya tidak benar menunjukkan bahwa waktu yang dihabiskan di depan layar berkontribusi terhadap keterlambatan tumbuh kembang dan bukan bahwa keterlambatan mungkin berkontribusi pada anak-anak yang mendapatkan waktu bermain dengan gawai lebih banyak.
âBatas Sehat
Namun, hal itu menambah bukti yang menghubungkan pembatasan waktu menggunakan gawai dengan perkembangan kognitif, fisik dan psikologis yang lebih baik pada anak usia dini, kata Gary Goldfield, peneliti dari Universitas Ottawa yang tidak terlibat dalam studi ini.
“Mayoritas anak-anak dari segala usia menggunakan gawai dalam waktu yang melebihi rekomendasi, jadi orang tua harus lebih ketat menetapkan batas sehat,” kata Goldfield melalui email.
“Bagi mereka yang menggunakan gawai melebihi pedoman waktu, orang tua dapat mengurangi beberapa efek negatif dengan memastikan hal tersebut tidak mengganggu waktu tidur yang cukup (yang sering terjadi pada anak-anak dan remaja), aktivitas fisik sehari-hari atau bermain aktif, dan banyak memperkaya, merangsang dan berinteraksi tatap muka dengan orang tua atau pengasuh serta anak-anak lain,” kata Goldfield.
Ketika anak-anak mendapatkan waktu untuk menonton, mereka harus mendapat program berkualitas tinggi yang dirancang untuk mengembangkan pikiran, kata Dr Suzy Tomopoulos dari Rumah Sakit Anak Hassenfeld di Universitas New York Langone dan Pusat Rumah Sakit Bellevue di Kota New York.
“Orang tua dapat meminimalisasi risiko jika waktu layar sesuai dengan anak, memiliki konten pendidikan, dan dilihat bersama dengan anak,” kata Tomopoulos yang tak terlibat dalam studi ini melalui email. “Orang tua juga harus mematikan televisi ketika tidak ada yang menonton, selama waktu makan dan satu jam sebelum tidur.”
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...