Terlalu Mahal, Jersey Timnas Inggris Diprotes
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Pendukung setia tim nasional (timnas) sepak bola Inggris melayangkan protes pada produsen produk olahraga Nike atas penetapan harga jersey (seragam) terbaru timnas Inggris yang terlalu mahal.
Nike mendapat kontrak dari Football Association Inggris untuk menyediakan seragam tim di Piala dunia 2014 termasuk hak memasarkannya. Nike membanderol seragam timnas Inggris sebesar 90 poundsterling (1,7 juta rupiah) yang dinilai terlalu mahal.
Aksi protes serupa diserukan oleh Perdana Menteri Inggris, David Cameron, ia menilai Nike melakukan pemerasan dengan memanfaatkan fanatisme pendukung Inggris. Namun, menurut Nike, teknologi terkini yang diterapkan pada seragam tersebut menjadi penyebab tingginya harga seragam timnas Inggris.
Tiap seragam dibuat dari bahan daur ulang, berupa delapan botol plastik sehingga ramah lingkungan, karena memanfaatkan limbah buangan. Menurut Nike, seragam tersebut mampu menyerap keringat dengan baik, sehingga membuat pemakainya nyaman meski tengah berkeringat.
Sebenarnya, Nike telah menyediakan pilihan lebih murah, seragam senilai 60 poundsterling (1,1 juta rupiah) disiapkan Nike sebagai opsi bagi konsumen yang kurang mampu. Namun, tingginya harga yang dipasarkan sebelumnya, terlanjur menjadi kontroversi dan perhatian di Inggris, beberapa media melihat adanya eksploitasi di balik produk tersebut.
Dilansir dari situs mirror.co.uk, dilaporkan, Nike mempekerjakan 171 ribu orang di 40 pabrik, demi memenuhi pemasaran produk itu. Indonesia menjadi salah satu negara yang digunakan Nike untuk memproduksi seragam itu, dengan alasan biaya produksi yang murah.
Sebuah perusahaan apparel asal Prancis, Ultra Petita, mengatakan, “Bila memproduksi seragam tersebut di Eropa, perusahaan apparel akan menghabiskan biaya sebesar 14 poundsterling (321 ribu rupiah) per seragam, namun jika seragam atau jersey tersebut di produksi di Indonesia, hanya menghabiskan biaya sekitar 4 poundsterling (75 ribu rupiah).”
Aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat “War on Want”, Graciela Romero, melihat adanya jurang yang sangat lebar antara upah pekerja pembuat seragam dengan imbalan yang diterima pebisnis olahraga. Menurut Romero, kebanyakan pekerja memilih untuk tidak melakukan protes pada rendahnya upah yang mereka terima, dengan alasan takut dipecat.
"Sementara penyerang timnas Inggris, Wayne Rooney menerima bayaran sekitar 300 ribu poundsterling (5,6 miliar rupiah) per minggu, hanya untuk menendang bola. Sedangkan para pekerja pembuat kaus hanya dibayar 30 penny (5.642 rupiah)," Romero menambahkan.
“Upah minimum regional yang saya terima sekitar 2,2 juta rupiah setiap bulan tidak sebanding dengan beban kerja yang saya tanggung,” ucap Aida, seorang penjahit seragam di sebuah pabrik Nike Indonesia.
"Untuk menjahit satu seragam Nike saya membutuhkan waktu kira-kira 30 detik, artinya ada 120 seragam yang saya jahit setiap jam di pabrik. Saya dan rekan-rekan lainnya harus hidup dengan upah 2,2 juta rupiah per bulan. Itu jauh dari biaya hidup untuk membeli makanan layak, perumahan dan biaya kesehatan, serta pendidikan untuk keluarga dan anak-anak," Aida menambahkan.
Presiden Nike, Mark Parker dilaporkan mendapat bayaran sebesar 9.2 juta poundsterling (174 miliar rupiah) pada 2013. Sedangkan aset perusahaan Nike kini mencapai 15,6 miliar poundsterling dengan laba sekitar 1,5 miliar poundsterling pada tahun lalu. (mirror.co.uk)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...