Teror Baru atas Perempuan Pakistan
CHICHAWATNI, SATUHARAPAN.COM –Teror melingkupi kehidupan perempuan di Pakistan sebulan terakhir ini. Bentuk kekerasan baru dalam bentuk penikaman, melahirkan ketakutan di kalangan perempuan untuk keluar rumah.
Deutsche Welle, di edisinya, 28 Oktober, memberitakan seorang pria menikam sedikitnya 25 perempuan sebulan terakhir ini. Sebagian besar insiden terjadi setelah matahari terbenam. Insiden yang sama juga menimpa sejumlah anak perempuan pelajar, yang diserang ketika dalam perjalanan pulang dari sekolah menuju rumah.
Kami tidak bisa mengkonfirmasi jumlah total insiden, tetapi kira-kira antara 25 hingga 30 kasus, kata Haseeb-ul-Hassan, jurubicara kepolisian di Distrik Sahiwal, Provinsi Punjab sebelah timur.
Para dokter mengatakan hampir semua perempuan yang menjadi korban di Kota Chichawatni, ditikam pada bagian kaki, perut, atau punggung. Chichawatni, seperti bisa dibaca di Wikipedia, berjarak 45 km dari ibu kota distrik, Sahiwal. Kota bersejarah yang kaya akan seni budaya itu juga dihuni warga Kristen dan Hindu.
Motif serangan, seperti dilaporkan polisi, masih belum jelas. Polisi bahkan menduga pelakunya mengalami gangguan jiwa. Sebagian besar perempuan itu ditikam setelah matahari terbenam, dan dua di antaranya, seperti dikemukakan dr Asim Waqar dari rumah sakit Chichawatni, pada saat kejadian mengenakan burqa.
Burqa adalah pakaian perempuan yang menutup rapat seluruh bagian tubuh dan hanya menyisakan bagian mata, dan merupakan jenis pakaian yang biasa dipakai kelompok muslim konservatif.
Memburu Pelaku
Rumah sakit pertama kali menerima kasus itu pada 6 Oktober lalu, dan sejak saat itu menerima dua atau tiga kasus sejenis setiap hari. Beberapa korban memerlukan jahitan bahkan operasi untuk menyembuhkan luka.
Pada serangan yang belum lama terjadi, Waqar mengisahkan seorang laki-laki pengendara sepeda motor turun dan menikam berkali-kali seorang perempuan berumur 22 tahun pada saat perempuan itu sedang berdiri di luar rumah bersama saudara perempuannya.
Pejabat Chichawatni bernama Tahir Aijaz mengatakan polisi kini memburu seorang tersangka pelaku tunggal. Mereka mengumumkan bakal memberikan hadiah senilai 2.000 dollar AS bagi siapa pun yang berhasil menangkap pelaku.
Kebanyakan korban tidak melaporkan serangan itu karena polisi punya reputasi buruk. Tradisi juga melarang mereka untuk bicara dengan laki-laki asing. Polisi mengatakan banyak perempuan dan anak gadis yang kini takut ke luar rumah pada malam hari. Bahkan pelajar perempuan juga takut pergi ke sekolah.
Kekerasan atas perempuan sering terjadi di Pakistan. Para aktivis mengatakan sejumlah perempuan dibunuh setiap hari. Polisi yang kekurangan dana, jarang bisa memecahkan kasus kejahatan, dan kalaupun bisa memerlukan waktu pengungkapan bertahun-tahun. (dw, rtr,afp,ap)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...