Teroris Manfaatkan Kedangkalan Pemahaman Agama Masyarakat
MEDAN, SATUHARAPAN.COM – Kelompok teroris sering memanfaatkan kedangkalan pemahaman agama masyarakat dalam mencari calon anggota baru untuk menjalankan berbagai aksi teror.
Dalam workshop "Penguatan Perspektif Korban dalam Peliputan Isu Terorisme" yang diselenggarakan Yayasan Aliansi Indonesia Damai (AIDA), di Medan, Minggu (12/2), mantan anggota jaringan teroris Sofyan Sauri mengatakan, warga yang dangkal pemahaman agamanya sangat mudah direktrut dengan cara didoktrin terlebih dulu.
Ia menjelaskan, dalam hati setiap umat Islam selalu ada keinginan untuk membela agamanya, termasuk mengambil peran untuk mengubah kondisi yang ada.
Jika masyarakat tersebut dangkal pemahaman agamanya, anggota teroris yang melakukan perekrutan itu akan memberikannya ajaran untuk menyempurnakan agamanya.
Setelah mulai tertarik, calon anggota tersebut didoktrin semakin dalam sehingga muncul kebencian terhadap kondisi yang ada, dan lahir keinginan untuk membenahi.
Setelah itu, sering dicarikan pemantik konflik, sehingga anggota yang baru direkrut tersebut bersedia untuk melakukan aksi teror.
“Sebenarnya mereka bisa disadarkan kembali, tetapi cukup sulit karena telah didoktrin,” kata Sofyan.
Mantan anggota teroris yang dikenal sebagai Abu Jihad itu bersyukur bisa sadar kembali karena pernah mendapatkan pendidikan agama saat masih kecil.
Setelah ditangkap Detasemen Khusus Antiteror Polri, Sofyan Sauri mencoba untuk merefleksikan perbuatannya selama ini.
Ia juga mencoba untuk merenungi salinan surat Osama bin Laden yang mengakui adanya kekeliruan atas pola perjuangan yang diterapkan selama ini.
“Akhirnya saya sadar bahwa apa yang saya lakukan selama ini salah," kata Sofyan Sauri. (Ant)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...