Terus Diserang, Ukraina Tak Dapat Penuhi Gandum untuk Domestik dan Ekspor
Sejak Juli 2023 Terjadi 31 Serangan pada fasilitas ekspor gandum Ukraina oleh Rusia.
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Program Pangan Dunia (WFP) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada hari Selasa (21/11) memperingatkan bahwa produksi gandum Ukraina mungkin tidak dapat memenuhi permintaan domestik dan ekspor di tahun-tahun mendatang jika rute ekspor Laut Hitam tetap diblokir dan serangan terhadap infrastruktur pangan terus berlanjut.
Direktur WFP di Ukraina, Matthew Hollingworth, mengatakan laporan yang akan datang oleh Kantor Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR) akan menunjukkan bahwa sejak pertengahan Juli telah terjadi 31 serangan terhadap fasilitas produksi dan ekspor biji-bijian Ukraina.
Ia mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa “28 serangan terjadi di Odesa saja, yang merupakan lokasi terminal penting di Laut Hitam dan Sungai Danube yang penting bagi perdagangan global.”
“Jika serangan terhadap infrastruktur pangan dan penutupan jalur ekspor laut terus berlanjut, hal ini akan berdampak besar pada perkiraan produksi pertanian di tahun-tahun mendatang, dan dalam skenario terburuk, mungkin menyebabkan produksi gandum tidak mampu memenuhi permintaan domestik dan ekspor, kata Hollingworth.
Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengatakan kepada Dewan Keamanan pada hari Selasa bahwa Moskow menargetkan infrastruktur militer, bukan infrastruktur sipil.
PBB menyalahkan invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 karena memperburuk krisis pangan global. Ukraina dan Rusia merupakan eksportir biji-bijian utama. Rusia juga merupakan pemasok besar pupuk bagi dunia.
Menteri Pertanian Rusia mengatakan pekan lalu bahwa Moskow telah memulai pengiriman gandum gratis sebanyak 200.000 ton ke enam negara Afrika, seperti yang dijanjikan oleh Presiden Vladimir Putin pada bulan Juli.
Hollingworth mengatakan bahwa sebelum perang, Ukraina menyumbang sembilan persen ekspor gandum global, 15 persen jagung, dan 44 persen minyak bunga matahari.
Para pejabat PBB sedang berusaha untuk menghidupkan kembali perjanjian biji-bijian di Laut Hitam, yang dibatalkan oleh Rusia pada bulan Juli, setahun setelah perjanjian tersebut ditengahi oleh PBB dan Turki, dengan mengeluh bahwa ekspor makanan dan pupuk mereka menghadapi hambatan dan tidak cukupnya biji-bijian Ukraina yang dapat disalurkan ke negara-negara yang membutuhkan.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan kepada Reuters awal bulan ini bahwa akan sulit untuk menghidupkan kembali perjanjian Laut Hitam, di mana hampir 33 juta metrik ton biji-bijian Ukraina diekspor.
Ukraina meluncurkan apa yang disebutnya koridor ekspor sementara pada bulan Agustus untuk memungkinkan ekspor pertanian sebagai pengaturan alternatif. Lebih dari 700.000 metrik ton biji-bijian telah meninggalkan pelabuhan Ukraina melalui rute baru. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...